TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR RI dari Partai kebangkitan Bangsa (PKB) Arzeti Bilbina menyampaikan sebagai penyambung rakyat dirinya selalu berupaya merawat hubungan dengan konstituen.
Arzeti merasakan rasa tanggung jawab besar kepada pemilihnya sehingga menyerap dan menghimpun aspirasi adalah suatu mandat.
"Dengan sekarang kita menjadi panggung untuk masyarakat tentunya kita merawatnya memakai hati, menggunakan kedisiplinan serta tanggung jawab besar," ucap dalam talkshow Mata Lokal Memilih Series di Studio Kompas TV, Jakarta, Selasa (14/2/2023).
Menurutnya, rasa tanggung jawab saat menjadi legislator akan lebih besar dibandingkan ketika masih menjadi pekerja seni.
Hal itu karena kepentingannya dahulu hanya untuk pribadi dan keluarga sedangkan sekarang untuk masyarakat dan bangsa.
"Yang diinginkan masyarakat kan kita hadir kemudian kita bawa ke pemerintah, di situ kita juga mengawasi jalannya pemerintahan, membuat undang-undangan dan mengawasi anggaran untuk kesejahteraan konstituen itu sendiri," urai Arzeti.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini mengatakan tengah mengawal program pemerintah terkait kesehatan dan ketenagakerjaan yang dibutuhkan masyarakat.
Dia menjelaskan Komisi IX DPR bekerja keras dalam menjalankan fungsinya terlebih pada saat masa pandem Covid-19 tiga tahun ke belakang.
"PPKM kemarin betul-betul memprihatinkan sekali tapi sekarang alhamdulillah kita juga push untuk vaksin booster," imbuh Arzeti.
Mantan model ternama ini menegaskan anggota DPR tidak boleh hanya duduk terdiam saat masyarakat membutuhkan.
Arzeti juga menambahkan pentingnya komunikasi yang dibangun melalui platform media sosial.
"Kalau dulu kita masih menjadi pekerja seni kita dibelakang panggung begitu dipanggil baru keluar, sekarang tidak begitu kita sebagai wakil rakyat harus datangi rakyat," ungkap ibu tiga anak itu.
"Buat saya itu menjadi modal awal untuk kita membangun hubungan untuk konstituen," tuntas Arzeti.
Empat Pilar
CEO IT Research and Politic Consultant (Ipot Indonesia) Petrus Hartanto menuturkan partai politik tidak memandang apapun latar belakangnya.
Namun partai politik harus memiliki empat pilar dalam memperkirakan potensi dukungan partai.
“Pertama bagaimana kekuatan dia dalam memetakan ataupun membaca data dari perolehan sebelumnya artinya 2015 dan 2019 setiap partai itu memiliki tren serta kecondongan perolehan suara,” ucap Petrus.
Petrus mengatakan pilar kedua yaitu memetakan grassroot atau kekuatan membangun key opinion leader (KOL).
Menurutnya, parpol harus memahami tren di 2019 karena masyarakat saat ini sudah memahami elektabilitas partai-partai di masing-masing daerah.
“Kalau tidak mengerti itu dia hanya main branding yang terjadi nanti hanya zero effect, dia kesannya bagus di langit tapi tidak elektoral rekomendasi kami membangun SDM yang expert di dalam struktur partai,” urai Petrus.
Pilar ketiga pentingnya penyampaian konten-konten lokal yang didukung perangkat IT berkualitas.
Petrus menilai data base jangka panjang menjadi penting sehingga tokoh yang dicalonkan ini bisa mengikuti kontestasi di masa mendatang.
“Terkadang kita itu silau dengan hasil survei tetapi belum ada yang membangun data base karena itu pentingnya mata lokal yang terkoneksi dengan IT,” tuturnya.
Pilar keempat adalah digitalisasi di mana tokoh dari partai politik tersebut akan memiliki rekam jejak yang bisa diteruskan anak hingga cucunya. (Tribun Network/Reynas Abdila)