TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus menggalakkan kampanye pencegahan stunting kepada berbagai elemen masyarakat, langkah ini pun dilakukan oleh lintas kementerian.
Satu di antaranya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) demi menciptakan generasi masa depan yang unggul.
Melalui event pentas seni Genbestival, Kemkominfo pun menyasar siswa dan siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Direktur Informasi Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo, Drs. Wiryanta, MA, Ph.D., mengungkapkan bahwa pemilihan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai sasaran kampanye ini.
Hal itu karena isu ini penting bagi generasi muda sebagai penerus di masa mendatang yang akan melakukan upaya lanjutan dalam mencegah stunting, sesuai dengan amanat yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kami hadir ke sekolah-sekolah, salah satunya SMK Texmaco ini guna mengkampanyekan tentang cegah stunting di Kabupaten Karawang. Langkah ini adalah upaya menurunkan angka stunting sebagaimana diamanatkan Presiden Jokowi," kata Wiryanta, dalam Genbestival Karawang, Jawa Barat, Kamis (9/3/2023).
Wiryanta pun memuji Kabupaten Karawang yang telah berhasil menurunkan angka stunting di wilayahnya yang berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 cukup menurun jika dibandingkan dengan 2021.
"Tahun 2021 angka stunting 20,06 persen, lalu tahun 2022 malah turun dengan angka 14 persen. Penurunan ini merupakan prestasi yang cukup besar. Saya berterima kasih atas usaha Pemerintah Kabupaten Karawang," jelas Wiryanta.
Ia pun mengingatkan bahwa Presiden Jokowi menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia berada di bawah 14 persen pada 2024.
"Ini yang harus kita wanti-wanti dan kita wujudkan bersama," tegas Wiryanta.
Dalam kesempatan yang sama Wiryanta turut memberikan motivasi kepada para peserta yang hadir, untuk bersiap dalam menghadapi bonus demografi yang diperkirakan akan terjadi pada 2030.
"Bonus itu bisa menyenangkan, ataupun membuat kita sengsara. Nah siswa siswi sekolah vokasi salah satu yang nantinya menjadi bonus demografi Indonesia," tutur Wiryanta.
Dalam Genbestival Karawang ini, dokter sekaligus public figure dr. Lula Kamal pun memberikan pengetahuan mengenai stunting dan pencegahannya.
Ia pun menyampaikan ciri-ciri anak yang mengalami stunting yang tidak hanya memiliki postur tubuh pendek, namun juga kurang pintar.
"Anak yang stunting juga lemot saat menangkap sesuatu. Jadi yang perlu diingat, anak yang pendek belum tentu stunting, karena ada ciri lainnya," tegas dr. Lula.
Ia menjelaskan bahwa seorang anak bisa dikatakan mengalami stunting saat usianya telah melewati dua tahun.
"Jadi setelah dua tahun, barulah keluar cap, anak ini stunting atau tidak. Jadi, yang mengalami stunting itu anak-anak kecil, tidak siswa SMK," jelas dr. Lula.
dr. Lula pun mengingatkan bahwa generasi muda harus sadar stunting, agar sejarah buruk ini tidak terulang kembali.
Baca juga: Kepala BKKBN Ingatkan Calon Pengantin Harus Sehat agar Bayi Tidak Stunting
Menurutnya, Kabupaten Karawang punya sejarah angka stunting yang cukup tinggi.
"Jadi perlu edukasi yang lebih kepada siswa, agar sejarah itu tidak terulang lagi. Nanti ketika mereka sudah menikah, mereka sudah paham tentang stunting dan cara mencegahnya, sehingga angka stunting terus menurun di Indonesia," kata dr. Lula.
Terkait gelaran Genbestival, Karawang menjadi daerah kedua tempat dilaksanakannya event ini, setelah Februari lalu dilaksanakan kali pertama di Bandung.