Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil penelitian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bekerjasama dengan Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) menemukan kaum muda saat ini cair dan fleksibel dalam beragama.
Para kaum muda dari kalangan generasi Z dan generasi Y ini juga toleran terhadap perbedaan.
Namun di satu sisi kadar toleransinya masih berjenjang.
Kepala Humas PGI Jeirry Sumampow menjelaskan, dalam hal urusan pribadi, seperti kesehatan, aktualisasi diri, hiburan, pekerjaan, hingga jejaring politik, para kaum muda ini lebih mendominasi aktivitas medsos.
"Namun derajat fleksibilitas dan efektivitas sikap agama tergantung kemajemukan lingkungan, keluarga yang membesarkannya, budaya dan konteks lokal," jelas Jeirry dalam keterangannya, Selasa (28/3/2023).
Baca juga: Saksi Penembakan Gereja di Hamburg Jerman: Ada 4 Kali Rentetan Tembakan
Atas temuan tersebut, PGI dan ICRS menyarankan struktur sosial yang diwariskan kaum tua tetap menjadi ruang tumbuh kaum muda memperbaiki atau mengembangkannya.
Hal ini supaya kesinambungan generasi tetap terjadi meskipun di satu, jelas Jeirry, cenderung sulit.
"Dialog dan kerja bersama perlu senantiasa terbuka dan didorong. Butuh siasat lintas generasi untuk mencapai kesinambungan cita-cita bersama," jelas Jeirry.
Sebagai informasi, PGI dan ICRS menyelenggarakan dua putaran penelitian dinamika aktivisme digital kaum muda dalam kaitan wacana Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan (KBB).
Putaran pertama dilaksanakan pada tahun 2021, dilanjutkan yang kedua tahun 2022. Penelitian pertama berfokus pada persepsi generasi Z. bertajuk
Tujuan penelitian ini adalah memetakan dan memahami perspektif kaum muda terhadap wacana kebebasan beragama atau berkeyakinan (KBB), dalam konteks aktivisme digital.
Penelitian kedua kali ini memusatkan perhatian pada kaum muda yang lebih luas, yaitu Gen Z dan Y dalam rentang usia 18 hingga 34 tahun.