"Anda tidak mungkin bisa membangun sesuatu secepat itu, ekspansi secepat itu. Ada pinjaman bank di situ, ada cash flow, laporan keuangan yang diaudit dan lain sebagainya," tutur Prof Rhenald.
Dia menegaskan perbankan tidak akan sembarangan menyalurkan pinjaman tetapi akan lain hal apabila easy money.
"Tidak perlu laporan keuangan, tidak perlu diaudit, tidak perlu profit, yang penting top line dan heboh. Kemudian bisnis berkembang cepat banget karena tujuannya dititipkan uang, asetnya masih kelihatan ada di situ," ujarnya.
Walhasil, Prof Rhenald bertutur Crazy Rich ini lantas bersikap glamour dengan membeli berbagai mobil sport.
Ketiga, mereka selalu punya alibi ekspansi bisnisnya adalah hasil kerja sama.
Baca juga: Sosok Mario Dandy Bagi Rafael Alun, Sebut Karakternya Berubah Sejak Dididik Semi Militer di Sekolah
"Padahal kalau dipikir-pikir juga mana bisa hasil kerja sama uangnya dipakai untuk beli barang (mewah) apalagi sampai dipakai membeli pesawat jet," ucap Prof Rhenald.
Keempat, orang yang terlibat pencucian uang bukan membangun usaha tetapi mereka membangun new empire atau kerajaan baru yang sangat besar.
Kelima, biasanya mereka mengaku uangnya hasil dari warisan dan sulit dipahami oleh khalayak umum misalnya trading, kripto, dan NFT.
"Dikiranya trading itu ekspor impor ternyata dipakai untuk judi online, algoritma yang tidak mudah dipahami dan orang tidak tahu valuenya seperti apa," jelasnya.
Prof Rhenald menambahkan yang paling penting adalah terdapat sosok tersembunyi dari crazy rich.
"Kita susah juga menebak siapa mereka, rasanya nggak mungkin dia jalan sendiri, akhirnya kita tahu dari karyawan yang bekerja di sana tapi dia sangat bersinar di antara karyawan yang lain," pungkasnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)