Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut ke dalam sebuah buku berjudul 'Kenangan dari Solferino', yang menggemparkan seluruh Eropa.
Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan:
1. Membentuk Organisasi kemanusiaan Internasional yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang, serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.
Baca juga: Sekjen PMI Ajak Gerakan Palang Merah Bantu Korban Konflik
Hingga pada 1864, sebanyak empat warga Kota Jenewa memutuskan untuk bergabung dengan Henry Dunant guna mengembangkan gagasan pertama tersebut.
Mereka bersama-sama membentuk 'Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera', yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC).
Tujuan dari pembentukan komite tersebut yakni untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara, serta didirikan juga organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada waktu perang.
Organisasi sukarelawan tersebut saat ini disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
Sementara itu, berdasarkan gagasan kedua Henry Dunant, akhirnya diadakan Konferensi Internasional.
Konferensi tersebut diprakarsai oleh pemerintah federal Swiss dan dihadiri beberapa negara.
Hasil dari diadakannya konferensi tersebut yakni menyetujui adanya “Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang”.
Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah .
Selain itu, Konvensi ini juga menjadi satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.
Berkat dari kedua gagasan Henry Dunant tersebut, akhirnya ia berhasil meraih Nobel Perdamaian pada tahun 1901.
Baca juga: Palang Merah Internasional Apresiasi Komitmen Indonesia Dalam Isu Kemanusiaan