Menurutnya keinginan mewujudkan pesantren yang mandiri secara ekonomi yang diinisiasi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas karena beliau merasakan dan tahu apa yang terjadi di pesantren, karena lahir dan besar dilingkungan pesantren.
Gus Yagut ingin mewujudkan pesantren yang tidak bergantung kepada siapapun, pesantren yang kuat dan mandiri secara ekonomi, tahan terhadap gangguan, distorsi, dan mampu menghadapi intervensi yang berusaha masuk.
Menurut Nuruzzaman, pesantren kerap menjadi komoditas bagi pihak tertentu yang memiliki kepentingan.
Hal ini mungkin terjadi karena pesantren belum sepenuhnya mandiri terutama dalam hal ekonomi.
"Terlebih dalam tahun politik, pesantren tentu menjadi seperti gadis cantik yang menarik perhatian, terus menerus didatangi banyak orang dengan berbagai tawaran. Jika gadis cantik ini sudah mandiri, tentunya bisa mengambil posisi yang seimbang," katanya.
Misalnya menjadi teman bicara yang penting kedepannya dalam membuat berbagai kebijakan, alih-alih hanya ditawari sekedar bantuan seadanya," ungkap Nuruzzaman menambahkan.
Dalam kesempatan yang sama Tenaga Ahli Menteri Agama Hasanuddin Ali menekankan bahwa program Kemandirian Pesantren yang digulirkan Gus Yaqut Cholil Qoumas menitikberatkan capaian kepada dampak atau outcorne.
Dampak itu adalah dirasakannya manfaat secara ekonomi bagi pondok Pesantren itu sendiri dan juga bagi pemerdayaan ekonomi masyarakat secara luas dan berkelanjutan.
"Oleh karenanya Program Kemandirian Pesantren itu dirancang sedemikian rupa, bukan sekedar memberikan bantuan finansial, melainkan juga ada program lain dalam bentuk pelatihan-pelatihan manajerial dan entrepreneurship serta pendampingan oleh Tim Ahli yang khusus untuk memastikan program terlaksana dengan efektif dan berkelanjutan," kata Hasanuddin Ali..
"Kita ingin memastikan bahwa bantuan modal yang diberikan bisa dimanfaatkan secara optimal dan usaha yang dibangun pesantren bisa berkembang secara berkelanjutan," terang Hasanuddin Ali.
Hasanuddin Ali juga mengungkapkan dalam banyak kesempatan Menteri Agama Yagut Cholil Goumas secara khusus membahas tentang Program Kemandirian Pesantren yang harus menjadi daya ungkit bagi pengembangan ekonomi disekitar pesantren.
"Gus Menteri menekankan agar pesantren-pesantren juga harus berjejaring dengan mitra-mitra diluar pondok pesantren, baik kementerian/lembaga, sektor swasta, maupun BUMN. Kita ingin menunjukkan bahwa pesantren kita sanggup menjalankan unit usaha dengan baik, serta mampu berkolaborasi dan bersinergi dengan mitra-mitra bisnis lain," ungkap Hasanuddin Ali.
Sementara itu Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghofur menerangkan bahwa Bimtek Bantuan Inkubasi bisnis Pesantren kali ini merupakan gelombang pertama dari enam gelombang Bimtek yang akan dilaksanakan di tahun 2023.
Gelombang pertama ini diikuti oleh 329 pesantren yang tersebar dari beberapa provinsi diantaranya Jawa Barat, Papua Barat, Papua, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Maluku, Maluku Utara, Aceh, dan Nusa Tenggara Barat.