TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para aktivis 98 menolak kembali ke sistem pemerintahan di zaman orde baru.
Untuk itu Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 diharapkan dapat melahirkan pemimpin yang bisa menjaga demokrasi, persatuan dan kekompokan dari semua elemen di Indonesia.
Nezar Patria, mantan Sekjen Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) 1995-1998 mengatakan apa yang terjadi di tahun 1998 itu menjadi momentum sejarah dan menjadi modal untuk bangsa dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
Dua puluh lima tahun reformasi menjadi momen yang penting untuk dirayakan bersama antar generasi.
"Untuk kembali melakukan penajaman kearah mana bangsa bergerak nantinya, sesuai dengan cita-cita para pendiri Republik, cita-cita proklamasi kemerdekaan," kata Nezar pada diskusi bertajuk '25 Tahun Reformasi: Kesaksian Pelaku Sejarah' yang diselenggarakan Pena 98, di Jakarta, Selasa (16/5/2023).
Menurutnya generasi sekarang patut bersyukur, sebab adanya gerakan di tahun 1998 mendapatkan ruang bicara yang cukup besar dibandingkan di zaman orde baru.
Bahkan ada ruang untuk mendirikan Partai Politik (Parpol).
"Diktator sebelumnya tidak ada ruang untuk berbicara, tidak ada ruang untuk mendirikan parpol. Ini saya kira harta karun reformasi yang harus dijaga. Generasi yang tumbuh setelah 98 saya rasa menikmati kebebasan yang berlimpah ini," ujarnya.
Menurutnya kebebasan ini harus dijaga dengan baik, dengan menghormati juga hak-hak orang lain.
Pena 98 telah mendeklarasikan diri untuk tidak mendukung Capres yang melanggar hak asasi manusia (HAM).
Namun Nezar mengatakan dinamika politik masih cukup intens, dan berbagai kemungkinan bisa terjadi.
Baca juga: Kemendagri Dorong Pemuda Aktif Berpartisipasi di Pemilu 2024
"Tapi teman-teman di aktivis 98 yang pada umumnya menjadi pendukung pak Jokowi. Kita lihat nanti bagaimana. Teman-teman juga mengikuti ada beberapa event yang membicarakan tentang Capres Cawapres, kita masih liat kedepan, mana yang nanti paling dipilih oleh rakyat," ujarnya.