Dihimpun dari Buku Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa karya KH Muhammad Sholikhin, hal itu menjadikan Suro sebagai khazanah Islam-Jawa asku sebagai nama bulan poertama pada kalender Islam maupun Jawa.
Baca juga: 2 Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut 1 Muharram 1445 Hijriah
Selain itu, kata Suro sendiri menunjukkan arti penting dalam 10 hari pertama bulan Suro/Muharram.
Adapun hari yang dianggap keramat adalah sejak tanggal 1-8 di bulan Suro/Muharram.
Terdapat dua hari keramat bagi keraton yang berhubungan dengan Islam, yakni acara Grebeg Maulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad di bulan Mulud atau Rabiul Awal dan perayaan bulan Suro.
Pada malam satu Suro kerap dilaksanakanya jamas pusoko (mencuci pusaka), ruwatan, serta sesajen agung, termasuk melakukan ritual Tapa Brata.
Sementara itu, bagi masyarakat Islam-Jawa sendiri ada bulan Suro menimbulkan kepercayaan bahwa tidak berani melaksanakan hajatan pernikahan.
Hal itu disebabkan masyarakat Islam-Jawa beranggapan bahwa bulan Suro/Muharram menjadi bulan yang paling agung dan mulia sebagai milik Allah SWT.
Namun bagi masyarakat Jawa melaksanakan hajatan pada bulan Suro hanya dapat dilakukan oleh raja atau sultan.
Sehingga bulan Suro/Muharram dianggap sebagai bulan hajatan bagi Keraton.
Sebagai informasi, sultan dianggap sebagai wakil Allah (khalifatullah) dimuka bumi dan memiliki gelar, seperti halnya di Yogyakarta yakni Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Ngaloga 'Abdurarahman Sayyidin Panotogomo Kalipatullah.
(Tribunnews.com/Pondra)