News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berupaya Turunkan Angka Prevalensi Stunting, Remaja Perlu Tahu Soal Pola Asuh Anak Sejak Dini

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Tim Informasi Komunikasi Kesehatan Direktorat Jenderal (Ditjen) Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J Indarto dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting dengan tajuk Genbest Talk “Remaja Hebat, Kunci Generasi Sehat”, yang turut dihadiri para remaja di Kabupaten Jepara, Selasa (13/7/2023).

TRIBUNNEWS.COM – Mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga kebersihan diri menjadi salah dua hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah stunting. Namun, tak hanya itu, perilaku pola asuh orang tua kepada bayi rupanya juga penting untuk diperhatikan.

Dalam hal ini, berbagai perilaku pola asuh pada bayi dan anak yang kurang baik harus dihindari karena dapat menyebabkan anak gagal tumbuh atau stunting.

Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Tim Informasi Komunikasi Kesehatan Direktorat Jenderal (Ditjen) Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J Indarto dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting dengan tajuk Genbest Talk “Remaja Hebat, Kunci Generasi Sehat”, yang turut dihadiri para remaja di Kabupaten Jepara, Selasa (13/7/2023).

Marroli mengatakan, beberapa perilaku semasa hamil dan berlanjut pada pengasuhan anak harus diperhatikan, seperti rendahnya pemahaman saat melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan.

Kemudian akan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI (Mpasi). Selain itu, pemberian gizi seimbang yang tepat sangat menentukan tumbuh kembang anak.

Menurutnya, informasi terkait pola asuh orang tua kepada anak tidak hanya penting diketahui oleh mereka yang sudah memiliki anak, namun jauh sebelum itu saat mereka masih remaja seharusnya sudah mengetahui informasi ini.

“Hal tersebut agar saat mereka menjadi orang tua sudah cukup pengetahuan untuk membesarkan generasi bebas stunting. Stunting harus diwaspadai karena dapat menyebabkan kemampuan kognitif anak tidak maksimal yang disertai perkembangan fisik terhambat,” ujar Marroli.

Pemerintah hingga kini terus berupa menekan angka stunting karena bonus demografi di Indonesia saat ini sudah dimulai, dan jika bonus demografi ini tidak dikelola dengan baik maka kemajuan Indonesia akan terhambat.

Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukan angka stunting secara nasional sudah mengalami penurunan sebesar 2,8 persen dari 24,4 persen pada tahun 2021 menjadi 21,6 persen tahun 2022.  Pemerintah menargetkan angka stunting turun hingga 14 persen di tahun 2024.

Dokter Spesialis Anak ST Andreas yang hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut sepakat pola asuh orang tua pada anak penting diperhatikan untuk mencegah stunting.

Stunting merupakan akibat dari kebiasaan dan pola asuh yang salah dari orang tua kepada anaknya. Kesalahan pola asuh untuk kebutuhan nutrisi dan gizi yang tidak tercukupi pada 1000 hari pertama,” kata Andreas.

Dalam hal ini membiasakan mengasuh anak dengan gaya hidup bersih dan sehat adalah langkah awal yang tepat untuk menghindari anak dari bahaya stunting

Terkait dengan stunting, Andreas juga menyampaikan pentingnya kesadaran dan pemahaman anak muda tentang stunting.

“Jadi kenapa sih kita targetnya sekarang anak-anak muda, karena di tahun-tahun ke depan merekalah yang akan memiliki anak dan berkeluarga, jadi merekalah yang harus paham tentang stunting sehingga nanti mereka tidak menjadi orang tua yang memiliki pola asuh yang salah,” tambahnya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara Muslimin yang juga hadir sebagai narasumber menyampaikan faktor yang menjadi penyebab tingginya angka stunting di Kabupaten Jepara adalah pola asuh, kebiasaan merokok orang tua, serta penyakit penyerta dari orang tua.

“Kontrol di Kabupaten Jepara yang paling dominan menyebabkan terjadinya stunting itu adalah pola asuhnya yang kurang baik, dampak keluarga yang merokok, dan yang lebih utama lagi penyakit penyerta dari ibunya atau orang tuanya”, jelas Muslimin.

Terkait pola asuh, ia menjelaskan kondisi ekonomi keluarga yang menuntut kedua orang tua untuk bekerja menyebabkan hilangnya peran orang tua. Hal inilah yang kemudian menyebabkan kurangnya perhatian akan gizi dan nutrisi pada tumbuh kembang anak. Untuk Kabupaten Jepara fenomena ini telah terjadi dalam 5 tahun terakhir. 

Dalam acara tersebut, Marroli berpesan kepada generasi muda agar pemahaman dan edukasi tentang pencegahan stunting yang mereka terima juga diinformasikan kembali kepada orang lain sehingga memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.

“Saya percaya semakin banyak orang yang tahu tentang stunting, bagaimana mencegahnya dan dampaknya, mudah-mudahan akan banyak orang-orang terselamatkan,” kata Marroli.

Sebagai informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.

Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Jepara ini merupakan bagian dari kampanye Genbest. Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.

Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini