Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plt Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan dr Lovely Daisy, mengatakan angka obesitas pada anak meningkat hingga 10 kali lipat selama empat dekade jika dibandingkan orang dewasa.
"Pada 1975, ada sebanyak 11 juta (kasus obesitas). Sedangkan pada 2016 menjadi 123 juta obesitas," ungkapnya pada konferensi pers oleh Kemenkes, Minggu (16/7/2023).
Data ini menurut Daisy terbilang mengkhawatirkan karena anak yang mengalami obesitas, berisiko berlanjut hingga dewasa.
Baca juga: Cara Mencegah Obesitas pada Bayi dan Anak Bawah Tiga Tahun
Menurut Daisy, ada beberapa penyebab meningkatnya kasus obesitas anak di Indonesia.
Pertama, kurangnya aktivitas fisik pada anak.
"Anak usia 10-14 tahun itu melakukan kurang aktivitas fisik hingga 64,4 persen.
Lebih dari separuhnya," papar Daisy.
Aktivitas fisik ini pun berkaitan dengan sebagian besar anak-anak sekolah yang tidak bugar.
Selain itu risiko obesitas menjadi besar karena pola konsumsi anak-anak.
Sebanyak 20 persen balita, mengalami kecukupan energi yang lebih dari 130 persen.
Artinya, asupan makanan yang anak konsumsi melebihi kebutuhannya.
Di sisi lain kita kekurangan kecukupan protein kurang dari 80 persen.
Ada kekurangan zat gizi mikro itu tidak terlihat secara fisik.
Faktor lain adalah karena konsumsi makanan yang mengandung tinggi garam, lemak dan gula.
"Dan makanan siap saji yang sikonsumsi anak kita. Terutama di sekolah di jual di kantin sekolah. Ini ada kaitannya banyak anak-anak tidak sarapan saat sekolah," papar Daisy.
Anak yang tidak sarapan mau tidak mau akan jajan di sekolah.
Mungkin saja, sebagian jajajan di sekolah bukan makanan yang sehat.
Oleh karena itu, pentingnya pemantauan pertumbuhan pada anak.
"Jadi kalau kita lakukan teratur, ini bisa deteksi dini risiko menjadi obesitas," pungkasnya.