Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akademisi yang juga Analis Pertahanan, Militer, dan Hubungan Internasional Dr Connie Rahakundini Bakrie menceritakan pengalamannya mengunjungi galangan kapal Al Zaytun Indramayu.
Kunjungan tersebut, kata Connie, berawal dari keinginan pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang untuk menamai kapal buatan Al Zaytun dengan namanya.
Singkat cerita, pada Selasa (18/7/2023) ia pun berangkat ke galangan kapal milik Al Zaytun.
Ia bersama Danlanal Cirebon Letkol Ridwansyah berangkat bersama menuju galangan kapal tersebut.
Di galangan kapal tersebut, kata dia, ia sudah ditunggu Kapolres setempat dan utusan Dandim setempat.
Di sana, kata Connie, mereka disambut Panji Gumilang.
Baca juga: Pengakuan Pablo Benua soal Ponpes Al Zaytun: Siap Bela Panji Gumilang hingga Bantu Biaya Operasional
Ia pun mengaku terkesan dengan pelabuhan Al Zaytun yang diklaim seluas 7 hektar.
Akhirnya, ia dan Danlanal Cirebon masuk ke galangan kapal, sedangkan Kapolres dan utusan Dandim tidak turut karena bukan undangan.
Di galangan kapal tersebut, ia kemudian melihat dua buah kapal berukuran cukup besar.
"Jadi kapal itu ada dua. Ada yang 40 meter, ada yang 70 meter, terus yang satu sudah mau siap bikin 150 meter. Ini gede lho. Kapal 150 meter itu, gede," kata Connie ketika dihubungi Tribunnews.com pada Jumat (21/7/2023).
Baca juga: Polisi Kini Dalami Dugaan Penggelapan hingga Korupsi Panji Gumilang, Bakal Minta Keterangan PPATK
Ia pun melihat sebuah papan bertuliskan perusahaan kapal tradisional karena terbuat dari kayu dan bukan dari fiber.
"Jadi dia menulisnya kapal tradisional karena dari kayu. Tapi kan yang musti kita appreciate ini adalah kalau dia bisa bikin ini buat nelayan seluruh Indonesia kan. Jadi bukan kapal dari fiber, bukan ya," kata dia.
Ia pun bertanya kepada Panji Gumilang kenapa ia terpikirkan untuk membuat kapal.