TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Papua kembali jadi sorotan.
Penyebabnya sejumlah warganya dikabarkan kelaparan.
Kekeringan yang menyebabkan gagal panen membuat warga kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Krisis yang terjadi di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi terus berulang dan kali ini disebut menyebabkan enam orang meninggal dunia.
Korban meninggal yakni Yenis Telenggen (38), Yemina Murib (42), Ater Tabuni (46), Tenus Murib (46), Tera Murib (39) dan bayi bernama Ila Telenggen.
Rata-rata korban meninggal dalam kondisi lemas, sakit diare, panas dalam, sariawan dan sakit kepala.
Sebanyak 7.500 warga di dua distrik itu juga terancam akibat bencana kekeringan.
Namun demikian, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menganggap penyebab kematiannya "bukan karena kelaparan".
"Tetapi karena diare dan karena cuaca," kata Ma'ruf Amin kepada wartawan di rumah dinasnya, Jakarta Pusat, Rabu (2/8/2023).
Dikutip dari Tribun Papua, bencana kelaparan di Papua bukan masalah baru.
Pada Agustus 2022, kelaparan yang sama merenggut 3 korban jiwa.
Baca juga: Menko PMK Salurkan Bantuan Penanganan Darurat Bencana Kelaparan di 3 Distrik Provinsi Papua Tengah
Mensos Menangis
Sementara itu, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menangis saat menceritakan kondisi warga terdampak bencana kekeringan dan cuaca dingin ekstrem di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi.
Peristiwa ini terjadi dalam konferensi pers untuk menjelaskan update bantuan Kementerian Sosial (Kemensos) bagi korban bencana kekeringan di Papua di Gedung Kemensos, Jakarta Pusat, Kamis (3/8/2023).
Risma menceritakan betapa baik dan sopannya masyarakat Papua yang dia temui.
Anak-anak tersebut tidak akan meminta jika tidak diberi, maupun merebut makanan anak lain, meski mereka kelaparan.
"Itu orang-orang di sana itu orangnya sangat sopan. Apalagi anak-anak kecil," ungkapnya dikutip dari Kompas.com.
"Aku ngomong, 'Ini mama punya (makanan) ini'. Sebelahnya belum terima, diam saja. (Aku tanya), 'Eh kamu sudah dapat belum?'. (Dia jawab) 'Belum mama'. Kalau enggak dikasih dia enggak minta. Jadi orang Papua itu baik-baik," imbuhnya.
Tidak beberapa lama, Risma akhirnya menangis selama beberapa menit. Wajahnya terlihat merah memperlihatkan kesedihan.
Ruangan seketika hening hingga ia menyeka air matanya dengan tisu yang berada di depannya.
Korupsi Pejabat Papua
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menyebutkan sejak 2008 hingga awal 2023 ada 8 kepala daerah di Papua terjerat kasus korupsi.
“Ini juga merupakan peringatan bagi kita bahwa sepanjang sejak 2008 sampai 2022 setidaknya ada 8 orang kepala daerah di Papua yang tersangkut dengan perkara korupsi,” kata Firli dalam konferensi pers di KPK, Senin (20/2/2023) lalu dikutip dari Kompas.com.
Menurut Firli, sejumlah kepala daerah itu antara lain, Bupati Yapen Waropen, Bupati Boven Digoel, Bupati Supiori, Gubernur Papua periode 2006-2011, Bupati Biak Numfor, dan Bupati Mimika.
Kemudian, Bupati Mamberamo Tengah Ricky Ham Pagawak dan Gubernur Papua Lukas Enembe yang saat ini kasusnya masih di persidangan.
Ricky Ham Pagawak ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menikmati uang hasil suap, gratifikasi, dan pencucian uang senilai Rp 200 miliar.
Sementara, Lukas Enembe terdakwa dalam dugaan suap dan gratifikasi.
Beberapa waktu lalu, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) bahkan menemukan dugaan transaksi perjudian Lukas Enembe di sebuah kasino sebesar Rp 560 miliar.
Sumber: Tribun Papua/Kompas.com/Tribunnews.com