"Saya mau melaporkan ke pak Kapolri tadi pagi sempat adu mulut di Satlantas Gresik. Tadi mengawal anak saya kenapa 13 kali tidak lulus-lulus, ternyata himbauan pak Kapolri kemarin tidak diberlakukan," ucap Marita dalam video yang beredar.
"Anak saya 13 kali gagal, saya tidak mau anak saya jadi pemain sirkus. Ternyata himbauan pak kapolri kemarin tidak dipakai, aturannya masih sulit. Saya ngamuk-ngamuk di sana," sambungnya.
Buntut adanya aduan viral itu, Direktur Ditlantas Polda Jatim, Kombes Pol M Taslim Chairuddin mengatakan pihaknya tidak menolak adanya kritikan dari masyarakat.
Namun, ia menyayangkan kritikan Marita yang viral di media sosial itu dinilai menyudutkan polisi, dalam konteks ini yakni Satlantas Polres Gresik.
Sebab, menurutnya pernyataan dari Marita itu tidak disertai fakta sebenarnya.
Dikatakan M Taslim, anak dari Marita itu gagal lantaran hasil tes kelayakan mendapatkan SIM belum dinyatakan layak.
Hal itulah yang membuat anak Marita tidak mendapatkan SIM berulang kali.
Namun, ia mengakui anggota Satlantas Polres Gresik di lapangan kurang responsif terhadap adanya kendala yang dialami oleh seorang warga atau si pemohon SIM yang tercatat selalu mengalami kegagalan dalam ujian praktik.
Seharusnya, menurut M Taslim, anggota Satlantas Polres Gresik di lapangan dapat memberikan edukasi pelatihan dan keterampilan, sehingga menjadikan bekal kepada si pemohon SIM untuk menyempurnakan kemampuannya dalam berkendara.
"Sebenarnya, untuk anak ini, yang sayangkan terhadap anggota saya di lapangan, tidak sensitif. Seharusnya, setelah dia sudah berkali-kali gagal, mestinya dipanggil. Diberikan konseling atau pelatihan. Sehingga kedepan ketika ujian bisa lolos. Mungkin kalau seperti itu tidak akan menimbulkan viral seperti ini. Hanya saja mungkin anggota kurang sensitif, akhirnya seperti ini," ujar M Taslim, Rabu (2/7/2023), dikutip dari TribunJatim.
Terkait tudingan adanya pungutan liar (pungli) pada proses pembuatan SIM anak Marita, pihaknya secara tegas membantahnya.
Ia menegaskan, anggota Satlantas Polres Gresik tidak melakukan pungutan apa pun saat melayani masyarakat yang akan membuat SIM.
"Kalau soal pungli, itu gagalnya di ujian praktik. Mungkin yang beliau maksud, ini seakan-akan dipersulit, sehingga ada konotasi menginginkan sesuatu. Itu pemikiran beliau, sah-sah saja. Tapi mohon maaf, pungli itu tidak ada di sana. Tidak berkaitan, dan tidak mempersoalkan besaran biaya, atau kelebihan biaya," jelasnya.
Lintasan Ujian SIM Diubah
Buntut adanya aduan masyarakat tersebut, kini lintasan atau sirkuit di lapangan uji praktek SIM Satpas Satlantas Polres Gresik telah berubah.
Tidak ada lagi angka delapan dan zig-zag mulai Jumat (4/8/2023).
Bahkan, sirkuit atau lintasan di Satpas Satlantas Polres Gresik lebih lebar menjadi 160 cm.
Padahal sebelumnya sirkuit tersebut memiliki lebar 120 cm.
Lintasan berbentuk angka 8 itu kini digantikan dengan pola huruf S.
Seorang warga bernama Latifa (23) mengaku lintasan baru itu dinilai lebih mudah.
Dalam menjalani tes di lintasan tersebut, Latifa membawa sepeda motor matic dipandu petugas dari Satpas Satlantas Polres Gresik.
"Lebih mudah sekarang, daripada yang zig-zag kemarin," kata Latifa, Sabtu (5/8/2023), dikutip dari TribunJatim.
Baca juga: Materi Ujian SIM A yang Disertai Contoh Soal dan Jawaban
Menurutnya, lintasan baru ini akan memudahkan masyarakat lain untuk mendapatkan SIM sesuai ketentuan yang berlaku.
"Gampang lebih mudah ini, mau buat SIM baru dapat info dari adik saya karena lintasannya baru," imbuhnya.
Meski begitu, Latifa mengaku masih takut gagal di area lintasan baru itu.
Kapolri Sebut Bisa Jadi Pemain Sirkus
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyoroti soal ujian praktek pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sulit.
Hal ini dikatakan Listyo saat memberikan arahan dalam upacara Wisuda Program Pendidikan Ilmu Kepolisian di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), Rabu (21/6/2023).
"Kalo kita liat, pembuatan SIM juga masih sulit. laporan kasus juga sama, balik nama kendaraan dan seterusnya, dan tentunya ya kita akan selalu lakukan perbaikan," kata Listyo.
Contoh ujian praktek yang sulit menurut Listyo adalah soal tes berjalan dengan rintangan dengan angka delapan dan zig zag.
"Saya minta Kakor (Kakorlantas) tolong untuk lakukan perbaikan. yang namanya angka 8 itu masih sesuai atau tidak, yang melewati zig zag itu sesuai atau tidak. Kalau sudah tidak relevan tolong diperbaiki," ucapnya.
Lebih lanjut, Listyo berseloroh jangan sampai ketika rintangan yang sulit tersebut bisa dilalui oleh pembuat SIM, akan membuat pengendara seperti pemain sirkus.
"Saya kita kalo saya uji dengan tes ini yang lulus paling 20. bener nggak? nggak percaya? kalian langsung saya bawa ke Daan Mogot langsung saya uji," ungkapnya.
"Ya, karena kalau yang lolos dari situ, nanti pasti bisa jadi pemain sirkus jadi hal-hal yang begitu diperbaiki jadi hakikat yang ingin kita dapat dari seorang pengendara tanpa harus melakukan hal yang sangat sulit," sambungnya.
Di sisi lain, Listyo juga mengatakan pihaknya untuk mempermudah ujian praktek pembuatan SIM tersebut untuk menghindari adanya pungutan liar (pungli).
"Jangan terkesan bahwa pembuatan ujiannya khususnya praktik ini hanya untuk mempersulit dan ujung-ujungnya di bawah meja. enggak tes, malah lulus. ini harus dihilangkan," tukasnya. (tribun network/thf/Tribunnews.com)