TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Garuda Teddy Gusnaidi menyinggung pihak-pihak yang memaksakan kehendak politik jelang Pemilu 2024.
Namun, motif yang digunakan berbeda dengan pemilu sebelumnya.
Teddy menuturkan sudah mulai terlihat adanya pemaksaan kehendak tersebut.
"Cuma kali ini agak berbeda, kalau dulu kita melawan orang-orang yang jelas-jelas anti demokrasi, kalau kini pelakunya adalah orang-orang yang berdandan seperti orang-orang yang mendukung demokrasi," kata Teddy dalam keterangan tertulis, Senin (21/8/2023).
Menurut Teddy, setiap orang punya hak untuk mengarahkan dukungan atau pilihan politiknya, karena itu bagian dari amanat UUD 45.
Tetapi, kata Teddy, orang-orang yang dianggap berubah pilihan, diserang oleh pihak-pihak yang merasa memiliki hak atas pilihan orang lain.
"Merasa memiliki kekuasaan bahwa orang lain harus sama dengan diri mereka. Pola ini kami lihat mulai tumbuh," katanya.
Mereka, lanjut Teddy, mempermasalahkan pilihan politik orang lain dan melakukan serangan yang sangat masif.
Padahal yang berlaga bukan orang-orang tersebut.
"Tetapi yang diserang secara masif orang- orang tersebut, dibunuh karakternya, hanya karena orang-orang tersebut menggunakan haknya," ujarnya.
Teddy mengatakan mereka merupakan orang-orang yang mengaku pembela demokrasi, menjunjung keadilan, anti kesewenang-wenangan.
Namun, melakukan tindakan yang anti terhadap demokrasi.
Baca juga: Tidak Melakukan Perbaikan Administrasi, Partai Garuda Tidak Punya Caleg di Kabupaten Kudus
"Mereka merampas kemerdekaan orang lain, hanya karena orang lain tidak mau ikut dengan pilihan mereka. Ini hal baru dan ini tidak sehat," katanya.