"Mereka itu betul-betul juru parkir, reparasi AC, linmas, kemudian ada tukang las, ada pedagang angkringan, tambal ban dan lain sebagainya."
"Tapi mereka memang berkeinginan untuk mengekspresikan dirinya di luar dari kesehariannya," ungkap Fajar Satriadi.
Ada sebuah adegan di mana preman-preman pasar sedang mabuk di sebuah sudut di perkotaan yang tertangkap melalui gemerlapnya lampu-lampu tarian.
Mereka lalu dimasukkan ke dalam gerobak sampah, bukan untuk dibuang melainkan diperbaharui energinya.
Dalam peristiwanya, ibu pembawa tenggok itu tergusur akibat ulah-ulah preman itu, namun pada akhirnya semua tersadarkan ke dalam sebuah pencerahan bahwa setiap orang berhak mendapatkan "cahaya" dalam hidup masing-masing untuk menuju sesuatu yang damai dalam diri dan lingkungannya.
"Tentang pemabuk, yang tentu sudah tahu saya masukkan ke tong sampah itu, karena ya saya melihat memang harus dimasukkan di tong sampah untuk di perbaharui menjadi energi yang bagus."
"Saya berharap tidak terlalu muluk-muluk ,tetapi saya berharap saudara bapak ibu bahagia melihatnya tapi biarkan juga kami berjalan dalam proses kami," kata Fajar Satriadi.
Karya tersebut juga turut ditanggapi seorang musikus Franki Raden.
Menurutnya, dalam konteks kekaryaan, karya di pedesaan ini sudah jarang ada di Indonesia.
"Ini karya pencerahan, karena bisa melihat kesenian dalam konteks yang paling mendasar dalam kehidupan sehari-hari itu dan ini buat saya suatu kemewahan, karena biasanya kita sekarang ini kalau di kota terutama ya kalau nonton kesenian tuh sudah harus di tempat-tempat yang khusus," ungkap Frangki.
Menurut Frangki, kesenian adalah milik semua orang.
Baca juga: Kurikulum Merdeka Ubah Penjurusan di SMA, Siswa Bidik Kedokteran Bisa Pilih Pelajaran Seni
"Semuanya bisa menggunakan kesenian untuk mengekspresikan naluri-naluri mereka untuk bergerak, bersuara atau bahkan menyajikan suatu tampil berkomunikasi dengan teman-teman sedesanya."
"Jadi sebenarnya buat saya itu yang penting, justru temen-temen dari berbagai lapangan pekerjaan masih merasa terdorong untuk mengekspresikan diri dalam bentuk seperti ini, entah itu tari musik teater itu sesuatu yang luar biasa," ujar Frangki.
Frangki menilai, Fajar Satriadi memang berusaha menggunakan kesenian itu untuk memberikan sebuah kualitas dalam kehidupan sosial kita sehari-hari, bukan kesenian yang dibuat-buat menyesuaikan pesanan.