"Sementara tentu kita sepakat bahwa tidak semua mahasiswa punya keterampilan menulis dan meneliti," kata Jejen menambahkan.
Kedua, dari sisi non keterampilan atau substansi, penyelesaian skripsi, tesis dan disertasi sangat dipengaruhi oleh pembimbing.
"Penyelesaian tugas akhir itu sering kali terkendala bukan aspek substansi. Tapi aspek lain bersifat teknis. (Misal) Kesibukan dosen, kurang peduli dosen terhadap penyelesaian studi tadi," jelasnya.
Itulah sebabnya kenapa skripsi yang sebenarnya bisa selesai 3-4 bulan bimbingan, tapi banyak yang menyentuh di dua semester, bahkan lebih.
Alasan lain kenapa perlu mengganti skripsi, tesis dan disertasi pada alternatif lain adalah karena adanya teori kecerdasan jamak atau minat bakat.
'Tidak semua mahasiswa itu memang punya minat, bakat menulis meneliti. Toh, pada akhirnya mahasiswa S1,S2,S3 tidak semua akan atau ingin menjadi akademisi," terang Jejen.
Tidak semua lulusan pada akhirnya menjadi dosen, peneliti, akademisi atau orang-orang yang bergelut di dunia riset.