Mata Ganjar langsung memerah, air mata menetes.
Berkali-kali, ia mengusap air mata dengan sapu tangan yang ia bawa.
Tepuk tangan dari ribuan warga Jateng mencoba menguatkannya.
"Tak terasa sudah 10 tahun, rasanya baru kemarin. Saya masih ingat betul rasanya datang ke desa-desa, menemui petani, datang ke sekolah untuk mengajar, bertemu panjenengan semua. Terlalu berat buat saya untuk berpamitan, karena panjenengan adalah bagian dari saya," ucap Ganjar.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, TribunJateng.com/Galih Permadi)