Itulah yang membuatnya kesal ketika bendera tersebut hanya dipasang di RT tempat rumahnya berada, tidak seperti awalnya yang terpasang di semua lingkungan RW.
Menurut Joko Santoso, hal tersebut tidak mencerminkan adanya etika berpolitik dan justru seolah-olah melecehkan dirinya sebagai anggota dewan yang berasal dari dapil setempat.
Sebenarnya, Joko Santoso menyadari di tengah tahun politik seperti sekarang suasana panas rawan muncul.
"Saya tidak marah ketika awal seseorang caleg PDI Perjuangan pasang bendera, lima bulan lalu hanya di RW IV cambuk buat saya karena belum bisa menguasai wilayah karena ada caleg lain yang bisa masuk."
"Ketika bendera sudah lusuh mungkin PDI membersihkan, tadi malam ada pemasangan khusus di RT saya. saya ketemu dengan Suparjiyanto dia jawab saya hanya disuruh om," kata Joko Santoso.
Joko mengaku sudah mencoba mengklarifikasi masalah ini ke elit PDI Perjuangan di tingkat Kota Semarang, mulai dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
Namun, jika memang dirinya harus mendapatkan sanksi, maka ia akan menerimanya.
Demikian, dirinya juga akan melakukan hal yang sama, yakni melaporkan balik dengan tuduhan pencemaran nama baik dan laporan palsu.
"Saya bener menegur dan marah tapi sama sekali tidak melakukan pemukulan," pungkas Joko Santoso.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(TribunJateng.com/M Nur Huda)