News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Relokasi di Pulau Rempang

HIPMI Kepri Harap Publik Beri Kepercayaan Pemerintah soal Rempang

Penulis: Reza Deni
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Hipmi Kepri Sari Dwi Mulyawati berswafoto bersama Menteri Investaasi Bahlil Lahadalia.

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum BPD HIPMI Kepri, Sari Dwi Mulyawati mengatakan bahwa investasi pembangunan Rempang Eco City menarik minat negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN).

Sari berpendapat, di kawasan Pulau Rempang itu bakal dibangun hasil komitmen investasi dari industri kaca dan panel surya perusahaan Xinyi Group asal China dwngan nilai investasi mencapai USD11,5 miliar atau sekitar Rp172 triliun. 

Di kawasan itu juga akan dibangun untuk kebutuhan industri lainnya hingga pariwisata.

"Investasi di Pulau Rempang ini menarik minat besar ASEAN karena dampak positif dari investasi ini adalah mampu menyerap 30 ribu tenaga kerja secara langsung," kata Sari, dalam keterangannya, Minggu (14/9/2023).

Salah satu negara yang memiliki minat besar terhadap investasi ini adalah Malaysia.

Namun, Malaysia tidak mampu menyediakan lahan dan pasokan pasir kuarsa seperti Indonesia yang memiliki bahan baku pasir kuarsa yang melimpah.

Oleh karena itu, Sari berharap situasi di Rempang tetap kondusif dan stabil.

Dia juga mengajak seluruh masyarakat untuk memberi kepercayaan kepada pemerintah yang tengah bekerja keras menyelesaikan masalah Rempang.

"Saya yakin pemerintah tidak punya niat jelek kepada masyarakat. Yakinlah, investasi ini akan kembali lagi ke masyarakat Batam berupa kesempatan kerja, UMKM yang berkembang, dan pendapatan negara meningkat tajam," ujar Sari.

Dikatakan Sari, jika situasi di Rempang tidak stabil, maka pabrik kaca ini bisa saja pindah ke negara-negara tetangga. 

"Pabriknya pindah ke negara lain dan kita cuma ekspor pasir yang hanya memperkaya penambang. Tidak ada nilai tambahnya bagi masyarakat sekitar dan negara. Kita harus melakukan hilirisasi sesuai anjuran bapak presiden agar berdampak ekonomi untuk masyarakat tempatan," tambahnya.

Meski demikian, Sari meminta agar pemerintah daerah memprioritaskan percepatan pembangunan rumah-rumah baru bagi penduduk yang memiliki alas hak di lokasi baru. 

Selain itu, dia juga berharap dibangun juga secepatnya fasilitas kesehatan, pendidikan, dan pelabuhan perikanan agar warga bisa segera kembali menjalankan aktivitasnya dengan normal.

Hal senada juga disampaikan oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia di mana dia menegaskan bahwa pembangunan pabrik kaca dan solar panel di Pulau Rempang sejatinya menjadi kebutuhan. Hal ini dilatarbelakangi oleh tidak adanya pabrik kaca dan solar panel di Indonesia.

"Di Indonesia tidak ada pabrik yang memproduksi kaca dan solar panel. Nah, di Rempang, itu rencananya akan dibangun salah satu pabrik kaca dan solar panel terbesar di dunia setelah Cina," ucap Bahlil.

Baca juga: Anggota Komisi VII DPR Dukung Bahlil Ajak Dialog Warga dan Jaga Investasi di Pulau Rempang

Di sisi lain, masuknya investasi di Pulau Rempang bukan hal yang mudah. Ditambah dengan fakta di lapangan bahwa nantinya hadirnya proses pembangunan serta pengoperasian pabrik di Pulau Rempang juga akan menyedot banyak pekerja.

"Tidak hanya itu, proses masuknya investasi di Rempang juga akan melahirkan lapangan pekerjaan kepada anak-anak republik ini. Ekonomi dalam skala nasional juga akan meningkat," pungkasnya.

Sebagai informasi, aparat gabungan mencakup TNI, Polri, Satpol PP, dan Pengamanan BP Batam terus merangsek masuk ke perkampungan masyarakat di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Kedatangan aparat gabungan ke Pulau Rempang adalah untuk memasang pasok tata batas lahan Rempang Eco City, proyek strategis nasional untuk membangun kawasan industri, perdagangan, dan wisata di lahan pulau seluas 17.000 hektare yang digarap oleh PT Makmur Elok Graha.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas atau BP Batam yang ditunjuk untuk mengawal realisasi investasi tersebut berencana merelokasi seluruh penduduk Rempang yang sudah mendiami 16 kampung adat di Pulau Rempang itu sejak 1834.

Masyarakat adat yang menolak kehadiran aparat gabungan lantas melakukan pemblokiran dengan menebang pohon hingga meletakkan blok kontainer di tengah jalan. 

Aparat gabungan tersebut mencoba membersihkan pepohonan yang ditebang di jalan.

Aparat juga menembaki warga yang menghadang dengan gas air mata, water cannon, dan pentungan. 

Akibatnya, puluhan orang mengalami luka-luka, 6 orang di antaranya ditangkap, dan ratusan anak Sekolah Dasar mengalami trauma karena proses belajar dihentikan paksa dan dibubarkan.

Selain melakukan penembakan gas air mata ke arah warga, pihak kepolisian juga melakukan penembakan ke arah SDN 24 Galang yang menyebabkan para siswa harus dievakuasi dan diselamatkan oleh warga sekitar.

Akibat dari kejadian ini banyak orang tua siswa yang sibuk mencari anak mereka. 

Peristiwa ini juga yang menyebabkan mereka merasakan ketakutan yang amat mendalam.

Kendati demikian, Kepala Kepolisian Daerah Kepulauan Riau (Kepri) Irjen Tabana Bangun mengatakan tindakan aparat kepolisian selama ini sudah sangat humanis karena sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi kepada warga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini