Banyak peristiwa dan konflik terjadi di Indonesia, harapan untuk hidup lebih baik ternyata makin menjauh.
Pada tahun itu pula Bentara Budaya Yogyakarta mengadakan pameran tentang “Partai Republik Tulang Belulang dengan Presiden Sumanto, manusia kanibal dari Purbalingga”.
Sekali lagi pameran ini merupakan pesan bagi negeri ini kalau situasi jaman tidak sedang baik-baik saja.
Inilah cara Bentara Budaya Yogyakarta dalam menyuarakan suasana batin masyarakat dan secara tidak langsung menjadi ruang pertemuan bagi banyak kepentingan.
Bentara Budaya Yogyakarta mampu menjadi ruang pertemuan antar beberapa unsur setidaknya pertemuan yang terpendam dari diri hati publik dengan karya seni yang mewakilinya.
Makna pertemuan berbagai unsur tersebut dapat menghadirkan suatu kebiasaan tertentu dari sebuah masyarakat.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa Bentara Budaya Yogyakarta menjadi salah satu titik pertemuan para seniman dan berperan membentuk ekosistem seni di Yogyakarta.
Bentara Budaya Yogyakarta mampu menjadi ruang pertemuan antar beberapa unsur setidaknya pertemuan yang terpendam dari diri hati publik dengan karya seni yang mewakilinya.
Salah satu hal yang menjadikan Bentara Budaya sebagai rujukan karena kegiatan-kegiatan yang diadakan dimuat Kompas, bahkan seringkali ada tulisan yang sifatnya feature tentang kegiatan Bentara.
Hal ini ini tentunya sangat menguntungkan seniman yang sedang menggelar pameran.
Banyak sekali cerita dari jejak sejarah perjalanan Bentara Budaya Yogyakarta yang patut diapresiasi dan dikenang kembali.
Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru berharga. Begitu juga Bentara Budaya yang menyimpan sejuta pengalaman.
Yang mana hal itu dapat memberikan insight untuk kehidupan modern saat ini.
Dengan demikian, Bentara Budaya Yogyakarta mengundang #SahabatBentara untuk datang dan menikmati pameran Mikul Duwur Mendem Jero - 2 #Pertemuan.