Lukisan pada gua prasejarah merepresentasikan kehadiran manusia yang mampu mengekspresikan keberadaannya di pusat alam semesta.
“Komplit. Atau ambisius. Terserah anda untuk menilai tujuh orang peseni yang bergabung di dalam kelompok Tujuh Rupa ini: Ernawan Prianggodo, Feriendas, Ireng Halimun, M Hady Santosa, M Solech, Novandi, dan Yusuf Dwiyono” tulis Efix Mulyadi selaku kurator dalam kuratorial.
Tidak hanya pameran, juga diselenggarakan pula Artist’s Talk pada hari Jumat, 10 November 2023 pukul 15.00 WIB serta Workshop Papier Mache (Bubur Kertas) bersama M.Hady Santoso dan Bentara Muda Sabtu, 11 November 2023 pukul 13.00 WIB. Pendaftaran workshop melalui WhatsApp ke nomor 081282252401 (Kondang Yana).
Seluruh rangkaian acara GRATIS dan terbuka untuk umum.
Kelompok Tu7uh Rupa
Setelah hadirnya kegiatan seni lukis modern di Indonesia, di masa Raden Saleh, diikutilah dengan semangat melukis yang paralel dengan munculnya organisasi seni lukis (seni rupa) di Indonesia, seperti Seniman Indonesia Muda (SIM), Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi), Sanggar Bambu, Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia, Himpunan Pelukis Jakarta (Hipta), dan lain-lain.
Semangat itu diserap oleh para pelukis (perupa) dengan mendirikan kelompok Taring Padi, Jendela, Sanggar Kamboja, dan Sanggar Garajas, sehingga banyak peseni yang bersemangat mendirikan komunitas seni rupa seperti Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai), Ikatan Pelukis Indonesia (IPI), Koperasi Pelukis Jawa Timur (Koperjati), Komunitas Perupa Napas Seni (KPNS), Perupa Jakarta Raya (Peruja), dan lain-lain.
Di awal 2023 muncul kesepakatan dari 7 pelukis (perupa): Ireng Halimun, Novandi, M Hady Santoso, Feriendas, Ernawan Prianggodo, Yusuf Dwiyono, dan M Solech lalu membentuk organisasi seni rupa yang diberi nama Tu7uh Rupa.
Kelompok TU7UHRUPA tidak semata-mata bertujuan untuk menyakralkan angka 7.
Mereka hanya terinspirasi dan memetik hikmah, kehebatan, dan misteri dari angka 7 tersebut.
Pada hakikatnya kelompok TU7UHRUPA mengusung kebebasan dalam berkreativitas.
Di samping kami mengapresiasi, melestarikan, dan mengembangkan kearifan lokal (local wisdom) yang ada di negeri kita, namun bukan sekadar melakukan peniruan bentuk (mimesis), juga berupaya menafsir objek seni itu lewat kacamata seni dan mengemasnya ke dalam format karya seni rupa yang kekinian (modern).
Tujuannya agar kearifan lokal yang menjadi acuan itu diapresiasi oleh generasi kini dan masa depan setelah mereka menikmati karya seni rupa yang diciptakan dengan adanya unsur kebaruan dan kekinian. (*)