Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan akan menggunakan kekuatan smart power dalam upaya pembebasan pilot Susi Air Philips Mark Merthens yang disandera KKB pimpinan Egianus Kogoya.
Smart power terdiri dari kekuatan soft power dan hard power.
Ia mengungkapkan, soft power akan mengedepankan intelijen dan teritorial.
Tujuannya untuk membantu percepatan pembangunan di wilayah tersebut, seperti membangun infrastruktur yang meliputi pembangunan jalan, jembatan, Puskesmas, hingga fasilitas umum.
Baca juga: Soal Upaya Pembebasan Pilot Susi Air, Panglima TNI: Tak Mungkin Pakai Kekuatan Militer
"Bahkan, sampai sekarang ada prajurit TNI yang mengajar. (Di masalah) Kesehatan itu sampai bawa jalan ke hutan, menyuntik (masyarakat). Kemudian juga (penanganan) stunting, kita ikut di situ," kata Agus di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Menurut Agus, kekuatan lunak akan dikedepankan lebih dulu dibanding kekuatan keras.
"Hard power juga digunakan, karena mereka itu bersenjata, jadi harus lawannya ya senjata. Tetapi saya bilang, kita kedepankan dulu soft power," ujarnya.
Agus pun meminta doa agar upaya pembebasan Philip Mark Merthens cepat selesai.
"Mohon doanya supaya bisa segera selesai, supaya tawanannya bisa kembali ke negaranya. Mohon doa restu masyarakat," ujarnya
Agus menyampaikan, wilayah Papua memiliki karakteristik, yakni kearifan lokal dan tradisinya sendiri, sama seperti daerah lain yang perlu dihargai.
Hal ini disebut sedikit banyak berpengaruh pada operasi pembebasan Pilot Susi Air.
"Kita harus ngerti, kalau ke sana itu harus ngerti kearifan lokal tradisinya seperti apa," ujarnya.
Diketahui Phillip telah disandera KKB kelompok Egianus Kogoya sejak 7 Februari 2023 lalu atau sekitar sembilan bulan lamanya.
Baca juga: Soal Pembebasan Pilot Susi Air, Pangdam Cenderawasih: Negara Tidak akan Kalah