Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setahun lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kasus munculnya gangguan gagal ginjal pada anak yang dipicu akibat obat sirup beracun.
Lantas bagaimana kondisi korban sekarang?
Salah seorang korban bernama Raina adalah salah satu korban sebagai dampak mengkonsumsi obat sirup beracun.
Sri Rubiyanti, orang tua Raina menuturkan, dokter mendiagnosis mengalami kebutaan pada mata Raina dan hasil pemeriksaan, dinyatakan bahwa mata Raina tidak bisa dipastikan apakah bisa kembali normal.
Pertumbuhan badan Raina tidak normal, belum bisa berbicara, duduk, dan harus menjalani fisioterapi sebanyak dua kali dalam satu minggu.
Atas kejadian ini, Sri menyatakan bahwa biaya pengobatan Raina sangatlah mahal baginya yang saat ini sudah tidak lagi bekerja.
Ayah Raina yang hanya mendapatkan gaji UMR dirasa tidak cukup untuk menutupi kebutuhan keluarga dan pengobatan.
"Mahalnya biaya pengobatan tersebut tidak lain karena banyak jenis dan obat-obatan yang tidak tercover BPJS Kesehatan. Seperti untuk biaya membeli vitamin mata, vitamin tulang, vitamin otak, dan susu ginjal. Harganya sangatlah mahal tentu saja," tutur Sri dalam keterangannya, Jumat (1/12/2023).
Saat ini, untuk membantu perkembangan Raina, dokter menyarankan Sri membelikan sepatu koreksi ortopedi untuk merangsang syaraf-syaraf Raina.
Namun harganya yang sangat mahal tentunya membuat Sri sampai saat ini tidak mampu membelinya.
Penyelesaiannnya Lamban
Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir mengatakan, penyelesaian kasus gagal ginjal pada anak akibat obat sirup beracun yang telah berjalan satu tahun berjalan lambat.
Tony menilai pemerintah yang kurang memberikan perhatian kepada warga negaranya yang menjadi korban obat sirup beracun.