Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nyawa Eks Gubernur Papua, Lukas Enembe, sebenarnya masih bisa terselamatkan seandainya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mau mengabulkan permohonan Tim Hukum Gubernur Papua Lukas Enembe (THGPLE) agar dibawa dan dirawat di Singapura, sesaat setelah ditangkap pada 10 Januari 2023.
Bahkan di hari-hari terakhir hidupnya, ketika ada rencana untuk melakukan cangkok ginjal di Singapura harus terhalang karena izin berobat ke luar negeri tak kunjung diberikan.
Koordinator THGPLE, Otto Cornelis Kaligis, mengatakan prosedur cuci darah yang sudah dijalani Lukas sebanyak 15 kali, sudah tidak banyak membantu kesehatan politikus partai Demokrat tersebut.
“Sebenarnya di hari yang lewat, cuci darah sudah tidak berfungsi lagi. Waktu saya mulai pegang perkara ini, ginjalnya masih di fase keempat. Tapi pada waktu itu saya minta kepada KPK supaya dengan serius ditangani, KPK mengabaikan permohonan saya," ujar Kaligis dalam pernyataannya yang diterima Tribunnews.com, Rabu (27/12/2023).
Baca juga: Meski Lukas Enembe Meninggal, KPK Sebut Negara Masih Bisa Tuntut Ganti Rugi, Ini Penjelasannya
Menurut Kaligis apabila KPK mengabulkan keinginan Lukas untuk berobat ke Singapura, kemungkinan ginjalnya masih bisa terselamatkan.
“Sudah sejak ditangkap, kami sudah memohon ke KPK, agar segera diizinkan berobat ke Singapura. Namun tidak diizinkan. Kenapa harus ke Singapura? Karena Bapak Lukas sudah nyaman dengan penanganan dokter Singapura,” ujar Kaligis yang juga menjadi kuasa hukum Heddy Kandou, dalam kasus korupsi anak usaha Telkom Group ini.
Ia pun menegaskan selama proses pengadilan berlangsung, Lukas sebenarnya sudah tidak pantas untuk menjalani agenda persidangan. Namun, atas pemeriksaan dokter KPK Lukas dinyatakan cukup sehat untuk menjalani sidang.
Dijelaskannya, tiga hari sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Kaligis melihat badan Lukas sudah membengkak.
“Sebelum meninggal, tiga hari yang lewat (badan Lukas) sudah bengkak semua, sudah tidak berfungsi, dia punya ginjal. Sudah tidak berfungsi sama sekali,” ujar Kaligis.
Diterangkannya, zat racun tubuh yang harusnya dapat diproses oleh ginjal, akhirnya masuk ke organ-organ lain seperti hati dan jantung.
Kaligis pun menjelaskan kalau Lukas, sudah sempat ingin dibawa ke Singapura, untuk penanganan lebih lanjut. Namun, karena tidak diizinkan, rencana ini pun batal.
“Sebenarnya dia (Lukas Enembe) untuk cangkok ginjal sudah ada di Singapura, tapi tidak diizinkan keluar. Saya ketemu dengan dua dokter Singapuranya,” tukas Kaligis.
Tim hukum sendiri juga sudah beberapa kali melayangkan surat permohonan pengalihan penahanan Lukas, menjadi tahanan kota ke Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta dan Pengadilan Tinggi, namun tidak digubris.
Tercatat tertanggal 18 Juli 2023, 28 Juli 2023 dan 18 Oktober 2023, surat dilayangkan ke Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta, namun tidak dikabulkan sama sekali.
Sedangkan ketika perkara bergulir ke Pengadilan Tinggi, pihaknya kembali bersurat sebanyak tiga kali, tertanggal 23 Oktober 2023, 28 November 2023, dan 6 November 2023, namun hasilnya, lagi-lagi tidak dikabulkan.
“Pengajuan pengalihan penahanan menjadi tahanan kota, agar perawatan dapat diintensifkan, mengingat Bapak Lukas sudah tiga kali seminggu menjalani cuci darah,” kata Kaligis.
Pertimbangan pengalihan penahanan, juga dimaksudkan agar Lukas mendapatkan atmosfer dan suasana yang lebih baik, sehingga mendorong semangat hidup Lukas menuju kesembuhan.
Meski begitu, pihaknya berterima kasih kepada Majelis Hakim Pengadilan Tinggi, yang mau mengeluarkan penetapan pembantaran kepada Lukas sampai dengan dinyatakan sehat oleh dokter RSPAD pada 13 November 2023.
“Kami berterima kasih, karena selama kami berpraktik sebagai advokat, surat penetapan pembantaran sampai dengan dinyatakan sehat oleh dokter, sangat jarang dikeluarkan hakim,” ujar Kaligis menutup pembicaraan. (Willy Widianto).