TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski pencoblosan dilakukan 14 Februari 2024, tahun ini sebetulnya sudah dapat disebut sebagai tahun politik.
Terjadi banyak dinamika seputar perpolitikan di Tanah Air, terutama terkait persiapan para pendukung calon presiden (Capres).
Proses pembentukan koalisi guna menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 sempat mengalami bongkar pasang.
Bahkan ada yang sampai menyeberang meski sudah "bersalaman" tanda komitmen politik dukung mendukung.
Hal ini terjadi di Koalisi Perubahan yang kini mengusung pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar serta di Koalisi Indonesia Maju yang mendukung Prabowo-Gibran.
Hal demikian juga seakan menandakan betapa cairnya politik di Indonesia.
Prabowo, misalnya, yang dianggap kompetitor Jokowi dan bertarung di dua kali pilpres kini menjadi "Sekutu".
Bahkan, putranya, Gibran Rakabuming Raka kini mendampingi Prabowo menjadi Cawapres.
Kembali ke potret bongkar pasang koalisi pendukung capres, berikut apa saja yang terjadi sepanjang tahun 2023.
Demokrat keluar dari Koalisi Perubahan
Partai Demokrat resmi keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan dan mencabut dukungan terhadap Anies Rasyid Baswedan.
Pada saat bersamaan, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang digagas oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB juga ikut bubar.
Dua fenomena tersebut merupakan imbas dari bersatunya Partai Nasdem dan PKB dengan duet Anies-Muhaimin.
Partai Demokrat resmi menyatakan mereka keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Selain itu, Demokrat juga mencabut dukungan dari Anies Baswedan sebagai Capres 2024.
Adapun Demokrat keluar dari Koalisi Perubahan lantaran adanya pengingkaran kesepakatan.
Keputusan tersebut diambil usai Demokrat rapat bersama Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Jawa Barat, Jumat (1/9/2023).
Diketahui, Nasdem dan Anies Baswedan dianggap berkhianat lantaran tiba-tiba memutuskan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres Anies.
"Partai Demokrat tidak lagi berada di dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan karena terjadi pengingkaran kesepakatan yang dibangun selama ini," ujar Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng di Cikeas, Jumat.
Koalisi Perubahan sendiri sebelumnya diisi oleh Demokrat, Nasdem, dan PKS.
Anies Baswedan kemudian memberi respons atas keluarnya Partai Demokrat dari Koalisi Perubahan.
Anies mengaku menghormati keputusan Partai Demokrat yang keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
"Kita menghormati pilihan langkah yang dilakukan Partai Demokrat," kata Anies usai deklarasi Capres-Cawapres bersama Muhaimin Iskandar di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9/2023).
Anies tidak mempermasalahkan Demokrat keluar dari Koalisi Perubahan. Ia juga berharap demokrasi pada Pemilu 2024 berjalan dengan baik dan semua pihak semakin matang dalam berpolitik.
" Insyaallah demokrasi kita terus semakin maju dan semakin matang," tambahnya.
Cak Imin keluar dari Koalisi Indonesia Maju
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akhirnya memutuskan keluar dari Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PKB Hasanuddin Wahid, usai menggelar rapat pleno di Kantor DPW Jatim, Surabaya, Jumat (1/9/2023).
Keputusan keluar dari KIM itu seiring dengan PKB menerima lamaran Partai Nasdem untuk menduetkan bakal calon presiden Anies Baswedan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar untuk maju pada Pilpres 2024.
Hasanudin kala itu menuturkan, Muhaimin siap bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk menjelaskan keputusan PKB.
Sementara, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan, dirinya sudah memiliki firasat bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tidak akan menunjuknya sebagai cawapres ketika nama koalisi tiba-tiba diganti.
Adapun ketika Gerindra cuma bekerjasama dengan PKB, koalisi mereka dinamakan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Satu tahun kemudian, Golkar dan PAN bergabung ke KKIR, namun tiba-tiba nama koalisi diganti menjadi Koalisi Indonesia Maju.
Hal tersebut Cak Imin sampaikan dalam pidato politiknya di Pondok Pesantren Al Aqobah Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Minggu (10/9/2023).
Mulanya, Cak Imin bercerita PAN, Golkar, Gerindra, dan PKB sempat berkumpul malam-malam di acara ulang tahun PAN.
Dia menyebut di momen itulah tiba-tiba nama KKIR diganti menjadi Koalisi Indonesia Maju.
"Di tempat itu tiba-tiba koalisi KKIR tiba-tiba berganti nama tanpa ngajak bicara PKB secara detail menjadi Koalisi Indonesia Maju. Nah konco-konco sing rakornas niki kerungu lalu, 'loh Ini berarti Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dinyatakan selesai'. Dinyatakan berganti menjadi koalisi baru," ujar Cak Imin.
"Di situ kesimpulannya bahwa akhirnya koalisi khusus bersama Prabowo-Muhaimin bisa dikatakan berakhir," sambungnya.
Usai pergantian nama koalisi tersebut, Cak Imin bertemu dengan seorang ketua umum parpol. Dia tidak menyebut siapa sosok ketum parpol itu.
Ketika bertemu, Cak Imin menyampaikan dirinya sudah memiliki firasat bahwa dirinya tidak akan ditunjuk Prabowo menjadi cawapres.
"Bahkan saya feeling saja ketemu salah satu ketua umum yang ada. Saya bilang, 'ini kayaknya, tanda-tandanya yang akan dijadikan Wapres Pak Prabowo ini bukan Ketua Umum PKB ini, enggak jelas posisinya'," jelas Cak Imin.
Cak Imin lantas menghitung suara koalisi pendukung Prabowo yang tetap berada di atas 20 persen, meski tanpa kehadiran PKB.
Pada akhirnya, Cak Imin memutuskan PKB pergi dari koalisi lantaran mereka membutuhkan posisi cawapres.
"Ternyata setelah ada banyak partai yang bergabung, kemudian terlihat ada perubahan yang saling mengisi, dan itu nampaknya takdir," imbuhnya.
Kini, Anies Baswedan lah yang menggandeng Cak Imin sebagai cawapres. Pasangan Anies-Cak Imin ini diusung oleh Partai Nasdem dan PKB.