Menurut dia, posisi dan sikap presiden yang mengambil jarak dan mengayomi kepada semua calon menjadi penting untuk menjaga dan menguatkan demokrasi di negeri ini.
"Bahwa kemudian misalnya ada anaknya yang maju sebagai cawapres saya kira publik akan menilai."
"Tidak kemudian pada posisi, misalnya 'saya juga boleh kampanye kok'."
"Kalau posisi seperti ini, maka negara menjadi tidak terurus dengan baik," dia menjelaskan.
Untuk itu opsi cuti, kata dia, jauh lebih elegan dan terhormat bagi seorang presiden.
Sehingga bisa total memberikan dukungan kepada salah satu pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024.
"Lebih baik presiden itu mengambil cuti kalau ingin aktif untuk melakukan upaya pemenangan misalnya nomor sekian yang dimana anaknya menjadi cawapres."
"Itu jauh lebih elegan lebih terhormat," ucapnya.
Jika langkah itu yang diambil, menurut dia, presiden akan memberikan pendidikan politik yang baik terkait bagaimana berlaku dan bersikap adil.
Lengkapnya, mari saksikan video wawancara eksklusif Tribunnews On Focus bersama Guru Besar Ilmu Politik & Keamanan Universitas Padjajaran (Unpad) Prof Muradi .(*)