News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Beras Melonjak

Politisi PKS Nilai Pemerintah Gagal Capai Swasembada Beras

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang beras merapikan tumpukan beras yang dijual di Agen Beras Aek Lumputan, Jakarta, Rabu (21/2/2024). Berdasarkan panel harga pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rabu, 21 Februari 2024 pukul 11.50 WIB, harga beras premium naik Rp 100 menjadi Rp 16.260 per kilogram (kg). Kemudian beras medium tercatat naik Rp 40 menjadi Rp 14.160 per kg. Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PKS Amin Ak menilai pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal mencapai swasembada pangan, khususnya beras.

“Pemerintah jelas tidak berhasil mengurus produksi beras di dalam negeri. Bukannya swasembada, kita malah semakin bergantung pada impor,” kata Amin kepada wartawan Jumat (1/3/2024).

Amin mengatakan gejala penurunan produksi sudah terlihat sejak awal 2023 lalu. 

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan iklim, kelangkaan dan kenaikan harga pupuk serta biaya produksi yang tinggi akibat dampak kenaikan harga BBM.

“Seharusnya hal ini bisa dicegah. Namun ironisnya pemerintah berencana mengimpor beras sebanyak 3,6 juta ton tahun ini yang berdampak pada harga jual gabah petani yang anjlok,” ucapnya.

Hal ini, lanjut Amin, akan memperburuk kondisi produksi beras nasional dalam jangka panjang karena banyak petani yang kesulitan menjaga usaha pertanian mereka.

Amin tidak sepakat dengan pernyataan Presiden Jokowi bahwa harga beras sudah turun.

Menurut pengamatan di lapangan, harga beras masih tinggi.

“Hanya ada penurunan harga saat Bulog melakukan operasi. Tapi itu pun sangat terbatas,” kata Amin.

Amin berpendapat pemerintah perlu menyelidiki dan mengusut kemana perginya beras impor dan siapa yang mengendalikan distribusinya mulai dari proses impor hingga penyalurannya di daerah.

“Termasuk juga dugaan beras digunakan sebagai alat transaksi politik saat Pemilu. Saya yakin jika diselidiki akan terlihat keterkaitannya, yang sangat mungkin melibatkan kartel/mafia beras,” pungkas dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini