Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kongres Wanita Indonesia (Kowani) bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyelenggarakan side event pada ajang Commission on the Status of Women di Markas Besar PBB, New York, Senin (22/3/2024).
Kehadiran Indonesia dalam forum PBB merupakan hal yang istimewa, karena PBB memberikan kepercayaan untuk berbagi pengalaman kepada dunia dan Indonesia diwakili oleh Kowani yang merupakan bagian dari badan dunia Economic and Social Council (ECOSOC) PBB.
Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan, pihaknya merasa terhormat menjadi tuan rumah bagi para pemimpin, aktivis, visioner, dan pejabat pemerintah yang beragam, yang semuanya berkomitmen untuk melakukan pemberdayaan pada perempuan.
"Sudah menjadi kewajiban kami di Kowani untuk terus menyuarakan isu-isu hak-hak, kesetaraan, dan pemberdayaan perempuan," kata Giwo Rubianto dalam keterangannya, Rabu (20/3/2024).
Dikatakannya, saat ini Kowani dengan lebih dari 90 juta anggota perempuan dari 103 organisasi perempuan di seluruh Indonesia dan sebagai anggota konsultatif ECOSOC sejak tahun 1998.
Kowani yang merupakan anggota ICW sejak tahun 1973 dan penggagas berdirinya ACWO pada tahun 1981 dan telah berhasil menyelenggarakan acara tingkat ASEAN, ACWO Fair and Expo (AFE) pada bulan Oktober 2023 di Jakarta yang dihadiri oleh lebih dari 1.300 peserta dari negara-negara ASEAN, negara anggota W20 (Rusia dan Italia), dan organisasi perempuan di seluruh Indonesia, sebagai upaya mendukung UMKM dan memperkuat jaringan perempuan.
"Dalam CSW68 ini, kami akan membahas lebih dalam mengenai akar permasalahan kemiskinan, penguatan kelembagaan, dan pembiayaan pemberdayaan perempuan. Acara ini akan menjadi wadah untuk menampilkan inisiatif, ide, dan konsep untuk mendorong partisipasi perempuan," katanya.
Dari ketiga tema utama tersebut, kemiskinan merupakan isu utama dalam pembangunan yang bersifat kompleks dan multidimensi.
Oleh karena itu, pembangunan perlu didistribusikan di berbagai sektor sosial, bisnis, pendidikan, kesehatan, dan kelembagaan.
Komponen-komponen kunci yang perlu dibahas antara lain pengembangan potensi, kreativitas melalui peningkatan kapasitas, Achievement Motivation Training untuk menumbuhkan kesadaran, memperluas jaringan dan koneksi, serta bagaimana intervensi atau dukungan dari para pemangku kepentingan, baik dari pemerintah, swasta, maupun LSM, dalam hal pendanaan/pembiayaan dan sumber daya manusia.
Melalui forum ini, kata dia, menjadi ajang berbagi praktik-praktik terbaik dengan para pembicara dan seluruh peserta untuk diimplementasikan dan ditindaklanjuti di masing-masing negara.
"Forum ini seharusnya tidak hanya membatasi diri pada diskusi saat ini, tetapi juga berfokus pada bagaimana langkah kecil kita dapat menghasilkan langkah signifikan dalam pemberdayaan perempuan di seluruh dunia," katanya.
Forum tersebut dihadiri Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bidang Pembangunan Keluarga Indra Gunawan, SKM., MA., delegasi dari Brazil dan CEO Mastertech Camilla Achuti, Presiden Komisaris PT Sarana Jabar Ventura dan PT Medco Energi Internasional, Tbk Yani Panigoro.
Baca juga: Kowani Tegaskan Pentingnya Kesetaraan Gender dalam Keluarga Saat Sidang PBB
Kemudian Ketua W20 Italia Dr Linda Laura Sabbadini, Presiden Direktur W20 Indonesia Dian Siswarini, President of ASEAN Confederation of Women's Organization (ACWO) Dr Cecilia MDy, Ketua Ikatan Alumni Universitas Jawa Barat Irawati Hermawan, Pendiri dan CEO LSPR Dr (HC) Prita Kemal Gani, Co-head of the US Delegation to W20 Virginia Littlejohn, dan perwakilan Dian Kemala dr Niken Manohara MGizi.