Raut wajahnya lebih serius saat menceritakan itu.
Katanya, tak mengapa walau tidak gratis seperti sekolah negeri.
Untuk anaknya yang bersekolah di MI, biayanya tak begitu membikin pusing Anik, yakni Rp 15.000 per bulan.
Iuran pokok itu belum perintilan lainnya, termasuk uang gedung Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per tahun.
Sedangkan untuk anaknya yang di MTs, iuran pokok yang mesti dibayar Rp 60.000 per bulan.
"Belum nanti iuran-iuran yang lain. Ya Bismillah bisa," katanya sembari merekahkan senyum.
Menyekolahkan anak di MI dan MTs merupakan pilihan yang harus diambilnya.
Sebab Anik merasa belum bisa memberikan pendidikan agama secara langsung kepada dua anaknya lantaran terbentur kondisi harus mencari nafkah.
Katanya, tak mengapa dia berjuang mati-matian asalkan anak-anaknya memiliki dasar agama yang kuat.
"Aku pengen mereka dapat ilmu keagamaan. Aku udah tau di negeri itu pelajaran agama itu dua jam aja. Setidaknya kan aku menyadari enggak bisa ngasih langsung, ngajarin ilmu agama ke anak-anakku karena terpaut dengan aku kerja."
Sekali lagi, dia yakin setiap orang sudah diberi ujian dan rezeki yang sesuai takaran kesanggupannya.
"Enggak usah dibawa takut. Sudah ada yang ngatur," katanya.