Khairul menjelaskan bahwa di aspek teknologi, dia menilai Tonny perlu membeli alutsista udara baru yang siap tempur seperti pesawat tempur, pesawat angkut, artileri pertahanan udara hingga sistem radar.
Hal ini, sambungnya, demi membantu kesiapan operasi yang bakal dilakukan prajurit AU.
Selain kesiapan teknologi, Khairul juga menilai Tonny memiliki PR untuk meningkatkan kecakapan SDM dalam pengembangan strategi untuk melakukan operasi.
"Saya kira harus diakui bahwa kekuatan udara kita masih belum cukup memadai untuk menjaga ruang udara sepenuhnya. Apalagi untuk benar-benar menjadi kekuatan yang disegani dunia, masih jauh," katanya.
Khairul pun turut menyoroti perlunya keluwesan AU dengan matra lainnya untuk mencapai tujuan strategis dari TNI secara keseluruhan.
Hal ini, sambungnya, masih menjadi PR yang turut harus diselesaikan oleh Tonny.
"Ke depan, TNI AU juga harus terus memperkuat kemampuan interoperabilitas baik antar kesatuan di lingkungan TNI AU sendiri, maupun antarmatra. Interoperabilitas adalah kemampuan bertindak bersama secara koheren, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan taktis, operasional dan strategis," kata Khairul.
Dia menjelaskan sinergi antara AU dan matra lainnya sangat diperlukan demi mengurangi duplikasi, memungkinkan pengumpulan sumber daya, dan menghasilkan sinergi.
"Jadi TNI AU harus memproyeksikan kebutuhan alpalhankam-alutsista dan kompetensi prajurit yang mampu menghadirkan efek gentar di udara sekaligus memberikan dukungan serangan darat maupun operasi-operasi maritim. Artinya, interoperabilitas TNI diharapkan juga akan meningkat dengan dukungan kehadiran peralatan persenjataan dan personel yang andal," tukas Khairul.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Gita Irawan)
Artikel lain terkait Mutasi di TNI