Kaget melihat kondisi tersebut, Heri pun mencoba menghindar.
Ia langsung membanting stirnya ke arah kiri dan menabrak kendaraan lainnya menyebabkan bus yang dikendarainya mengalami kerusakan di bagian depan dan bodi kiri.
"Saya coba menghindari ke kiri, lalu di bagian belakang seperti ada kendaraan lain juga dan menabrak bagian kiri," ujar Heri.
Pengakuan Heri tersebut pun sejalan dengan kronologis yang diungkap Kakorlantas Polri Irjen Aan Suhanan.
Aan mengatakan berdasarkan rekaman CCTV peristiwa kecelakaan maut tersebut bermula saat mobil Grandmax yang melaju dari arah Jakarta ke timur mengambil jalur rekayasa lalu lintas contra flow.
Dari CCTV terlihat mobil Grandmax mendadak tidak bisa mengendalikan kendaraannya hingga oleng ke kanan atau jalur Cikampek menuju arah Jakarta.
Akibatnya, mobil Grand Max menabrak bus Primajasa hingga terbakar.
Sedangkan, mobil Rush turut terlibat kecelakaan karena menabrak bodi belakang bus.
"(Mobil Grandmax) itu oleng ke kanan sehingga menabrak bus dan menabrak kendaraan lainnya yang ada di belakang bus," katanya.
Ia menjelaskan supir bus maupun mobil Terios dalam kondisi dalam kondisi selamat tanpa luka.
Namun, belum diketahui nasib dari korban yang berada di dalam mobil Grandmax.
"Sopir bus Alhamdulillah sehat, kemudian sopir rush juga sehat tidak ada luka. kalau yang Grandmax belum diketahui, masih diidentifikasi," katanya.
Hingga saat ini, Aan menjelaskan pihaknya masih mengidentifikasi jumlah korban dalam kecelakaan maut tersebut.
Hanya saja, pihaknya membawa 13 kantong mayat dalam kecelakaan tersebut.
"Jadi ada secara keseluruhan ada 13 kantong mayat yang sedang diidentifikasi, di dalam sudah ada tim dari Inafis, dari DVI, dari forensik RSUD Karawang yang sedang mengidentifikasi korban yang luka bakar ini," ujarnya.
(Tribunjabar.id/ tribunnewsbogor.com/ tribunnews.com/ tribunbekasi.com)