Bahkan, Sukidi mengatakan, Bung Hatta menyesalkan bahwa bangsa kita terlalu lama hidup secara diplomasi. Berbagai hal yang salah tidak boleh dikatakan dengan terus terang, melainkan dengan menyelimutinya dengan budi yang halus.
"Untuk mengambil hati juragan, yang nyata buruk dikatakan bagus, yang nyata salah dikatakan benar. Terinspirasi dari kekuatan karakter Bung Hatta, kita mengajak warga negara untuk mencintai dan menyuarakan kebenaran yang hari-hari ini sedang dihancurkan demi ketamakan pada kekuasaan," ujarnya.
"Karena itu, kita harus berpegang teguh pada kebenaran, karena, tanpa pegangan kebenaran, kita hanya menunggu waktu untuk terjatuh pada era 'post truth,' yang menurut profesor Timothy Snyder dari Yale University, 'adalah tahapan awal menuju fasisme'," jelas Sukidi.
Dalam kesempatan itu, Sukidi juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bung Hatta atas inspirasi, perjuangan, keteladanan, dan, yang utama, kenegarawanan.
"Semua itu amat sangat relevan dan dibutuhkan bagi kita dan tegaknya Indonesia Raya".
"Dari Bung Hatta, kita belajar tentang, pertama, beragama secara inklusif, kedua, berpegang teguh pada Pancasila sebagai dasar negara, dan, ketiga, menjiwai karakter sebagai panduan hidup bersama untuk kemajuan Indonesia," pungkasnya.