Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak terasa sebentar lagi musim ibadah haji akan tiba.
Pada saat menjalankan ibadah haji, para jamaah harus betul-betul memerhatikan kondisi fisik.
Karena, proses ibadah dijalani jamaah memakan waktu yang panjang. Belum lagi perbedaan iklim yang dirasakan jamaah asal Indonesia.
Menurut Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Tamansari, dr Ngabila Salama ada dua potensi gangguan kesehatan yang sering dialami jamaah haji.
Pertama, aktivitas ibadah yang panjang dan memerlukan fisik rentan membuat jamaah menjadi kelelahan sampai kurang gula (hipoglikemia).
Terkait hal ini, Ia pun mengimbau masyarakat untuk selalu membawa kurma dan permen kemana pun berada.
Gula pada kurma mudah dicerna cepat untuk meningkatkan kadar gula darah.
Baca juga: Kemenag Terbitkan Edaran Terkait Mekanisme Pemberangkatan dan Kedatangan Jemaah Haji Tahun 2024
"Jangan memaksakan diri atau memforsir kegiatan, konsultasikan ke pembimbing ibadah dan petugas disesuaikan dengan kondisi fisik terakhir," ungkap Ngabila pada keterangannnya, Jumat (3/5/2025).
Persiapkan kondisi prima untuk puncak haji denga tidur cukup, minimal 6-7 jam per hari.
Periksakan kesehatan secara rutin khususnya untuk jamaah risiko tinggi setiap hari.
Gangguan kesehatan kedua adalah dehidrasi dan heat stroke.
Cuaca panas di jazirah Arab membuat jamaah Indonesia rentan alami dehidrasi sampai serangan panas heat stroke.
Oleh karena itu, cegah dehidrasi dengan selalu membawa oralit, pastikan minum 1 gelas b200 cc per jam.
Selain itu, jamaah diimbau untuk konsumsi cairan, jangan minum saat haus saja.
Perbanyak makan sayur dan buah, hindari soda dan minuman berkafein.
"Basahi tenggorokan jika kering, hindari mandi atau mencuci muka dengan air hangat, pakai alat pelindung diri seperti topi, payung, kacamata hitam, masker dan lainnya," pungkasnya.