Kurangnya edukasi dan pengetahuan tentang pentingnya air bersih dan pengelolaan air yang baik juga menjadi faktor penghambat akses air bersih di daerah terpencil. Terlebih, budaya boros air dan kebiasaan membuang sampah sembarangan turut memperkeruh keadaan.
Ketimpangan akses air bersih ini tentu menjadi tantangan besar terutama dalam pencapaian target SDGs (Sustainable Development Goals), khususnya SDG 6 tentang air bersih dan sanitasi untuk semua.
Terlebih, berbagai studi yang dilakukan badan internasional seperti UNICEF turut melaporkan bahwa kualitas air bersih yang rendah dapat menjadi sumber berkembangnya berbagai penyakit, seperti diare, kolera dan gangguan pencernaan lainnya.
Baca juga: Jelang 10th World Water Forum 2024, ini Tantangan dan Potensi Air Bersih Bagi Kesejahteraan Bersama
Meski demikian, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, organisasi, perusahaan, dan berbagai pihak lainnya untuk memperluas akses air bersih ke masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui mekanisme peningkatan akses untuk kawasan perkotaan melalui Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan untuk kawasan pedesaan melalui Pamsimas (Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) dengan pola padat karya tunai. Program ini telah membantu meningkatkan akses air bersih di berbagai wilayah terpencil.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, Pamsimas merupakan program yang punya militansi. Target utamanya di daerah yang tidak punya air.
“Pamsimas merupakan bagian dari program penyediaan air minum. Kalau di perkotaan punya SPAM reguler atau IKK, di perdesaan ada Pamsimas yang sudah dilaksanakan sejak 15 tahun lalu. Saat ini sudah ada sekitar 37.000 unit Pamsimas dan telah melayani 25,9 juta jiwa,” kata Menteri Basuki.
World Water Forum ke-10: Momentum untuk Aksi Nyata
Tahun 2024 ini, Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10. Kesempatan ini menjadi momen penting bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmennya dalam mengatasi krisis air, khususnya di daerah terpencil.
Forum ini juga menjadi wadah bagi Indonesia untuk berbagi pengalaman dan solusi terbaik dalam pengelolaan air dari berbagai negara. Diharapkan, World Water Forum ke-10 dapat melahirkan kolaborasi dan kemitraan strategis untuk mempercepat pencapaian akses air bersih universal.
Mengusung tema “Air untuk Kesejahteraan Bersama” (Water for Shared Prosperity), pembahasan pada World Water Forum ke-10 sangat relevan dengan kondisi global saat ini di mana ketersediaan air bersih masih menjadi tantangan bagi banyak negara.
Untuk itu, Indonesia turut berkomitmen mendorong negara-negara dan berbagai pemangku kepentingan bidang air di seluruh dunia untuk menempatkan isu-isu terkait air di puncak agenda global dalam rangka mencapai target SDGs.
“Melalui World Water Forum ke-10, kami ingin menekankan bahwa air adalah politik. Air tidak hanya masalah teknis, tetapi juga politik. World Water Forum ke-10 diharapkan dapat menjadi salah satu platform pengambilan keputusan untuk menempatkan air sebagai prioritas utama pada tingkat global agar kita semua dapat memberikan kualitas air yang lebih baik demi kualitas hidup masyarakat kita yang lebih baik di masa depan,” ujar Menteri Basuki selaku Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum ke-10.
Sebagai informasi, ada enam subtema yang menjadi fokus pelaksanaan World Water Forum ke-10 ini, yakni Kesejahteraan dan Ketahanan Air, Air untuk Manusia dan Alam, Manajemen Pengurangan Risiko Bencana, Tata kelola, Kerja sama dan Diplomasi Air, Pembiayaan Air Berkelanjutan serta Inovasi dan Pengetahuan.
Bagi Anda yang tertarik untuk turut berpartisipasi dalam World Water Forum ke-10, bisa mendaftar sebagai peserta melalui situs worldwaterforum.org.
Baca juga: Persoalan Air Semakin Genting, World Water Forum ke-10 diharapkan Hadirkan Solusi