"Kami pemerintah, kabupaten, camat, tanggung jawab untuk menjamin kebutuhan (pengungsi)" katanya.
Sebelumnya, BNPB mencatat, korban jiwa yang meninggal dunia akibat bencana banjir bandang di Sumbar mencapai 50 orang, Selasa (14/5/2024).
Diketahui, banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah Sumatera Barat pada Sabtu (11/5/2024) dan Minggu (12/5/2024).
Bencana ini dipicu oleh hujan lebat dan meluapnya aliran sungai yang sebagian besar berhulu di Gunung Marapi.
Banjir diperparah dengan terbawanya material vulkanik dari Gunung Marapi melalui sungai karena hujan lebat di sekitar puncak.
Adapun lima kabupaten/kota di Sumatera Barat yang terdampak banjir lahar, yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang.
Sementara itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan banjir lahar hujan yang terjadi di Agam dan Tanah Datar tak hanya disebabkan erupsi Marapi, namun juga dipicu gempa-gempa kecil selama sebulan terakhir.
"Kami menganalisis, penyebab tidak hanya dampak erupsi Marapi, tetapi juga pengaruh getaran gempa," kata Dwikorita, Minggu (12/5/2024) malam.
BMKG mencatat, selama satu bulan terakhir sudah terjadi 35 kali gempa bumi dengan magnitudo M,3 atau kurang.
"Penyebab tidak hanya erupsi, tapi juga pengaruh getaran gempa, karena BMKG juga mendeteksi selama satu bulan terakhir sebelum kejadian bencana ini terjadi terjadi gempa-gempa kecil magnitudo sekitar M 3,0," lanjut Dwikorita.
Adapun menurutnya, gempa-gempa kecil itu bisa meretakkan batuan dan menimbulkan runtuhan batuan atau tanah.
Reruntuhan batuan atau tanah itu terakumulasi dan dibawa air dari puncak Gunung Marapi.
Sementara, menurut Kepala BMKG, banjir bandang atau galodo terjadi karena akumulasi air selama hujan yang tertahan di hulu sungai bagian atas.
Akumulasi yang tertahan itu bisa, disebabkan endapan-endapan longsor atau runtuhan batuan di daerah hulu yang menahan aliran air hujan ke arah hilir.