Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - FeminisThemis Academy 2024, sebuah program edukasi mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender khususnya di kalangan komunitas Tuli resmi diluncurkan dalam rangka menyambut Hari Lahir Pancasila, Rabu (29/5/2024).
Peluncuran program ini ditandai dengan diskusi bertema “Pancasila dan Keadilan Sosial Bagi Perempuan Tuli”, yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu keadilan sosial dan hak pendidikan kesehatan seksual serta reproduksi bagi perempuan Tuli.
Sebagai informasi, peluncuran program ini mendapat dukungan dari Komnas Disabilitas RI dan dunia usaha dari pihak Unilever Indonesia.
"FeminisThemis Academy 2024" akan berlangsung dari Juni hingga September secara hybrid dan akan ditutup pada Hari Bahasa Isyarat Internasional, yang diperingati setiap tanggal 23 September.
Program ini mencakup beberapa rangkaian kegiatan, seperti Training of Trainers untuk fasilitator Tuli, workshop offline di tiga kota (Bandung, Malang, dan Yogyakarta), serta rangkaian webinar yang mencakup berbagai topik terkait kesehatan seksual dan reproduksi, serta hak-hak perempuan Tuli.
Dr Dante Rigmalia MPd, Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI membuka diskusi melalui tayangan video, dengan menyatakan hal ini merupakan langkah nyata untuk menciptakan perubahan positif dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi komunitas yang sering kali terpinggirkan.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini agar semua dapat memahami siapa penyandang disabilitas dan apa hak-hak mereka. Selain upaya dari kami sebagai lembaga negara non-struktural yang melakukan pemantauan, evaluasi serta advokasi atas upaya penghormatan dan perlindungan dari pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas, tentu kita perlu saling bekerja bersama dalam memenuhi hak mereka. Kolaborasi semua pihak termasuk pihak swasta seperti Unilever yang mendukung FeminisThemis untuk menyelenggarakan kegiatan yang mengarusutamakan gender dan isu disabilitas ini menjadi hal yang sangat penting,” katanya
Materi Program dari Antomi Tubuh hingga Hak Kesehatan Seksual
Rifka Dyah Safitri,Program Manager FeminisThemis, menjelaskan lebih lanjut mengenai program tersebut, “Dalam workshop offline, kami akan menyampaikan materi seperti: Pengenalan Anatomi Tubuh dan Organ Reproduksi; Pengenalan Pubertas; Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Dasar; Pentingnya Consent dan Hak Batasan Tubuh; Risiko di Ruang Digital terkait Consent; serta Psychology First Aid (PFA) untuk membantu mengatasi beban atau trauma yang mungkin dirasakan perempuan Tuli.
Sedangkan pada webinar, materi yang diangkat antara lain: Menjaga Data Pribadi dalam Ruang Digital; Mitos-Fakta di Ranah Digital terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi; Kualitas Sanitasi Pada Kesehatan Reproduksi Perempuan; Pengenalan Konsep Consent; dan Mengenal Victim Blaming serta Dampaknya.”
Dengan pelaksanaan program ini, diharapkan akan lahir lebih banyak fasilitator Tuli yang mampu mengadvokasi isu-isu kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas Tuli, serta memberikan manfaat langsung kepada setidaknya 300 teman Tuli.
Selain itu, melalui media sosial, program ini diharapkan dapat menjangkau hingga 10.000 orang untuk meningkatkan pemahaman tentang isu kekerasan seksual serta edukasi kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas Tuli.
Tiga Fokus Utama Equity, Diversity & Inclusion
Kristy Nelwan, Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia, menjelaskan betapa bermakna gerakan ini bagi publik.