فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢
Jamaah ‘Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Waliilahil Hamd
Nabi Ibrahim merupakan sosok peternak yang sukses. Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Walaupun beliau sukses tapi tidak kikir, tidak sombong hal ini dibuktikan dengan kegemarannya berkurban setiap tahun. Karena begitu gemarnya berkurban, nabi Ibrahim mendapat pujian dari manusia dan para malaikat. Karena Merasa tersanjung, lalu nabi Ibrahimpun berkata : Jangankan mengorban domba, kalau itu perintah Allah anakpun sanggup aku korbankan.
Berawal dari sinilah Allah menguji nabi Ibrahim dengan memerintahkannya untuk menyembelih anaknya Ismail AS. Tentu kisah ini bukan saja ujian bagi Siti Hajar dan Nabi Ismail kecil. Tetapi juga bagi Nabi Ibrahim selaku ayah yang harus mengikhlaskan situasi demikian. Setelah Nabi Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim kembali diuji untuk mengorbankan putranya. Perintah ini datang melalui mimpi pada tanggal 8 Dzulhijjah. Namun, perintah ini tak langsung diamini oleh Nabi Ibrahim. Ia masih meragukan apakah betul mimpi tersebut adalah perintah dari Allah swt. Kemudian, mimpi yang sama datang lagi pada tanggal 9 Dzulhijjah. Karenanya, tanggal tersebut dinamai hari Arafah, yakni hari saat Nabi Ibrahim arafa (mengetahui), meyakini bahwa mimpi yang datang di dalam tidurnya adalah betul-betul perintah dari Allah swt. Lantas, keesokan harinya, pada tanggal 10 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat al-Shaffat ayat 101:
Pelajaran yang pertama bisa kita ambil dari kisahnya nabi Ibrahim adalah berhati-hatilah dalam berbicara. Karena ucapan adalah doa, doa akan didengar oleh Allah SWT dan akan diuji tentang apa yang kita ucapkan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Waliilahil Hamd
Jamaah ‘Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Tatkala datang perintah dari Allah kepada nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putra nya Ismail AS melalui mimpi, lalu nabi Ibrahim pun berdialog dengan putranya sebagaimana diabadikan dalam al-qur’an :
قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Dia (Ibrahim) berkata, Hai anakku sesungguhnya aku bermimpi dalam tidurku bahwa aku menyembelihmu bagaimana pendapatmu? Ismail menjawab, Hai ayahku kalau itu perintah Allah maka laksanakanlah.insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar (Alquran surat as-Shaffat ayat 102:)
Sungguh dialog yang yang penuh makna antara ayah yang soleh dengan anak yang soleh dalam rangka melaksanakan perintah Allah. Tatkala sang ayah ikhlas menjalankan perintah Allah dan anakpun ikhlas menuruti perintah ayahnya. Dan akhirnya Allah mengganti penyembelihan Ismail AS dengan seekor domba.
وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Artinya: Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.