TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Modus komplotan scammers saat ini kian berkembang dan amat banyak taktiknya untuk memperdaya para korbannya yang terus berjatuhan.
Selain menggunakan modus mengirim file dan foto berisi virus ke nomor Whatsapp korban yang akan bisa langsung menduplikasi data-data di smartphone korban dari jarak jauh, modus lainnya adalah melalui penipuan belanja online dengan menyebarkan link URL di aplikasi Telegram.
Salah satu korbannya yang sampai menderita depresi adalah F yang sehari-harinya merupakan mahasiswi Universitas Negeri Semarang (UNNES).
F menjadi korban penipuan online berkedok kerja paruh waktu dengan cara menjadi pengunjung online shop (toko online).
Akibat aksi tipu-tipu komplotan scammers ini, F kehilangan uang hingga Rp233 juta.
Aksi scammer ini juga membuat korban jadi depresi karena uang yang hilang tersebut merupakan uang tabungan pendidikan adiknya. Selain itu, korban sampai terjerat utang.
"Saya mengalami kerugian sebesar itu hanya dalam tiga hari," keluh F kepada Tribun, Sabtu (15/6/2024).
Awal mula aksi penipuan ini adalah karena ketertarikan F pada tawaran belanja di onlineshop.
Dia tertarik pada skema penipuan online berkedok menjadi pengunjung onlineshop ketika kemudian menggiringnya mengeklik sebuah link lowongan kerja paruh waktu atau freelance di aplikasi Telegram.
Gadis yang sehari-hari bekerja freelance tersebut ditawarkan komplotan penipu dengan kedok dari perusahaan bernama Business Management Financial yang mengklaim sebagai platform E-commerce yang bekerjasama dengan pihak online shop seperti Shopee, Tokopedia, Lazada dan lainnya.
Dalam kasus ini online shop yang digunakan komplotan penipu adalah Shopee. F lalu dikirimi sebuah tautan link berupa https://insigniaveturespartnersid.com/index/user/register.
Dari Link tersebut korban diminta untuk mengisi data pribadi dan membuat sebuah akun di aplikasi.
Selepas itu, korban diarahkan untuk menghubungi via WhatsApp ke seorang mentor bernama Andy Pratama dengan nomor 081917713733.
Baca juga: Kemenlu Catat 24 WNI Masih Dieksploitasi Sebagai Online Scammer di Myanmar
Korban juga dimasukan ke dalam satu grup WhatsApp yang beranggotakan lima orang terdiri satu korban dan empat penipu.