Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Profesor filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyakara, Franz Magnis Suseno, S.J. atau Romo Magnis, menyoroti penyebab tidak ada partai berpaham sayap kiri di Indonesia saat ini.
Hal itu ia ungkapkan dalam diskusi publik bertajuk "Hukum Sebagai Senjata Politik" di Aula Graha STR, Jakarta Selatan, Rabu, (19/6/2024).
Menurutnya, masyarakat Indonesia saat ini masih punya trauma sejarah masa lalu dengan partai dengan spektrum politik yang sering kali berlawanan dengan sistem hierarki sosial ini
"Kita kok tidak punya partai kiri? Itu bukan karena partai kiri dilarang, tetapi tidak dipilih. Saya kira itu trauma 65, 66. Kata kiri dikira komunis," ujarnya.
Romo Magnis juga menilai partai politik saat ini cenderung seragam dan tidak punya orientasi ideologi. Hal itu berakibat suara-suara di DPR pun kerap sepakat dengan pemerintah.
"Partai kita tidak punya orientasi ideologis. Kalau partai-partai mudah diadopsi oleh pemerintah lalu kita akan ke mana," ujarnya.
Ia mengambil contoh pada proses Pemilu 2024 ada banyak kritik menyeruak dari beragam pihak, akan tetapi DPR justru sebaliknya. Romo Magnis mengaku tidak melihat adanya kritik dari para anggota wakil rakyat itu.
"Itu kritik dari DPR dari partai-partai saya tidak dengar suara apa pun mengenai apakah persiapan pemilu itu positif atau negatif atau sebagainya. Kok, wakil-wakil kita diam," katanya.