Sementara, dokumen akhir akan disahkan pengadilan paling lambat pada 19 Juli 2024.
Boeing diwajibkan mengucurkan sedikitnya 455 juta dollar AS dan juga dikenai tambahan denda 243,6 juta dollar AS.
Dana itu untuk program kepatuhan dan keselamatan dalam proses kendali mutu produknya.
Program itu akan dipantau pengawas independen selama tiga tahun.
Baca juga: Peringatan FAA: Ratusan Pesawat Boeing 777 Berisiko Meledak di Udara, Dipcu Pelat Logam di Sayap
Kilas Balik Masalah
Boeing, sebagai raksasa dirgantara Amerika Serikat, sempat berada di ujung tanduk.
Pabrik pesawat yang produk-produknya dipakai seantero dunia tersebut diduga melanggar ketentuan penyelesaian tahun 2021 yang melindungi perusahaan tersebut dari tuntutan atas kecelakaan pesawat yang menewaskan 346 orang.
Jumlah korban tersebut adalah kecelakaan pesawat Lion Air dengan pada 29 Oktober 2018 yang menewaskan 189 orang.
Tak hanya itu, kejadian serupa juga terjadi pada pesawat Ethiopian Airlines pada 10 Maret 2019 yang menewaskan 157 orang.
Departemen Kehakiman AS (DOJ) dilaporkan sedang mempertimbangkan dakwaan pidana terhadap pabrik tersebut.
Reuters memberitakan bahwa jaksa telah merekomendasikan kepada pejabat senior DOJ agar tuntutan diajukan terhadap Boeing.
Adapun keputusan apakah akan menuntut perusahaan tersebut akan jatuh tempo pada 7 Juli 2024.
Selain dua masalah tersebut, perusahaan tersebut telah mengalami serangkaian insiden keselamatan dalam beberapa bulan terakhir.
Termasuk ledakan pada panel pintu pesawat 737 MAX 9 yang dioperasikan oleh Alaska Airlines.
Ketakutan di Alaska terjadi hanya dua hari sebelum penyelesaian DOJ dijadwalkan berakhir.
Terlepas dari masalah kepatuhan hukum, Boeing dilaporkan gagal dalam audit keselamatan federal terhadap proses manufakturnya setelah ledakan pintu di udara.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Hendra Gunawan)(Kompas.com/Irawan Sapto Adhi)