TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Lafadz Nusantara Center sekaligus Alumni Nostra Aetate Foundation Disastery Interreligious Dialogue Vatican 2023, Deni Iskandar mengatakan, bahwa rencana kunjungan Paus Fransiskus pada 3-6 September mendatang, menjadi perhatian penting semua kalangan.
Menurutnya, selain unik dan istimewa, agenda kunjungan Paus Fransiskus ini dipastikan akan berbeda dengan lunjungan-kunjungan pimpinan negara lain, yang datang ke Indonesia.
"Kami dari Lafadz Nusantara Center mengapresiasi setinggi-tingginya atas rencana kedatangan Paus Fransiskus yang telah memilih datang ke Indonesia. Berarti Indonesia ini dianggap penting oleh Takhta Suci Vatikan," kata Deni kepada Tribunnews, Selasa (16/7/2024).
Deni berharap bahwa, dengan datangnya Paus Fransiskus ke Indonesia, bisa menjadi angin segar bagi keberlangsungan kehidupan umat beragama di Indonesia.
Apalagi, Paus Fransiskus memiliki dua peran penting, yakni sebagai Presiden Negara Vatikan dan Pimpinan Gereja Katolik Dunia.
Oleh karena itu, kedatangannya membawa dimensi kenegaraan dan keagamaan sekaligus.
"Secara dimensi kenegaraan, agenda kunjungan Paus Fransiskus ini erat kaitannya dengan persoalan kepentingan negara, dimana secara umum ini akan bicara mengenai hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tahta Suci Vatikan. Sebab, Paus Fransiskus hadir sebagai Presiden Negara Tahta Suci Vatikan," ujarnya.
"Secara historis, hubungan diplomatik Indonesia-Tahta Suci Vatikan sudah terjalin cukup lama, bahkan Tahta Suci Vatikan adalah negara eropa satu-satunya yang pertama kali memberikan pengakuan atas Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Pengakuan ini dimanifestasikan secara konkret melalui hadirnya ‘Apostolica Delegate’ (Kedutaan Besar) pada tahun 1947 dan hubungan tersebut secara resmi terjalin pada tahun 1950," sambungnya.
Baca juga: Vatikan Rilis Rangkaian Kegiatan Paus Fransiskus di Istana Negara, Istiqlal hingga Misa di GBK
Lebih lanjut, Deni mengatakan, secara dimensi keagamaan, kehadiran Paus Fransiskus ini sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan kehidupan umat Katolik di Indonesia.
Sebab, dalam pandangan Gereja Katolik, sosok Paus ini adalah pimpinan tertinggi yang itu adalah seorang yang suci dan dipilih Tuhan sebagai penerus ajaran para rasul.
Oleh karena itu, Lafadz Nusantara Center menilai bahwa, apa yang disuarakan dan diserukan oleh Paus Fransiskus, itu adalah Sabda Pandita Ratu dimana itu akan juga dilaksanakan dan di jalankan oleh semua Hierarki Gereja Katolik di dunia termasuk juga di Indonesia.
Sehingga, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, ini disebut sebagai Kunjungan Apostolik.
"Sebelumnya agenda kunjungan Apostolik Presiden Negara Tahta Suci Vatikan atau Pimpinan Gereja Katolik Dunia, secara historis sudah dilakukan selama dua kali di Indonesia, tepat pada masa pemerintahan orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, di antaranya pada tahun 1970 pada masa Paus Paulus VI dan pada tahun 1989 pada masa Paus Yohanes Paulus II," pungkas Deni yang juga murid dari Ulama Kharismatik asal Banten, Abuya Muhtadi.