Sejak muda mereka menyemai pemikiran di guru yang sama.
Di rumah ini pula tokoh-tokoh pendiri Muhammadiyah di kemudian hari, seperti KH Ahmad Dahlan dan KH Mas Mansyur kerap ikut berkumpul.
Akhir tragis terjadi di antara Kartosoewirjo, Soekarno, dan Semaun.
Ketiganya bersimpang jalan karena faktor ideologis dan jalan politik yang dipilih.
Ketika gerakan NII DI/TII dipukul pasukan TNI dan Kartosoewirjo ditangkap, Presiden Soekarno dengan berat hati meneken pelaksanaan eksekusi mati Kartosoewirjo di sebuah pulau di Teluk Jakarta.
Kematian SM Kartosoewirjo meredakan perlawanan NII DI/TII, yang selama beberapa tahun telah menghanguskan sebagian wilayah Priangan Timur.
Melompat beberapa tahun kemudian, generasi penerus NII DI/TII menghidupkan kembali gerakan itu dalam bentuk lain dengan corak organisasi yang beragam.
Baca juga: Abu Fatih Cerita Awal Keterlibatan di JI hingga Jadi Saksi Meninggalnya Pimpinan JI Abdullah Sungkar
Muncul nama Komando Jihad atau Komji, yang diwarnai aksi-aksi perampasan atau fa’i oleh kelompok Warman, dan penyerangan markas militer serta pos-pos polisi.
Paling fenomenal adalah pembajakan pesawat Garuda DC-10 Woyla oleh kelompok Imran yang mendarat dan pembajakan diakhiri di Bandara Don Muang, Bangkok.
Rangkaian aksi teror bernuansa ideologis ini berlangsung antara tahun 1976 hingga 1981, yang kemudian melahirkan teori konspirasi andil rezim Orde Baru di balik peristiwa ini.
Gerakan-gerakan disertai kekerasan itu merupakan perlawanan terhadap nasionalisme dan pemerintahan Indonesia yang juga menciptakan asas tunggal dalam politik.
Tak hanya di Jawa Barat, di Solo pada 1977 muncul nama Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir.
Keduanya dituduh mengkampanyekan golput atau golongan putih di Pemilu saat itu.
Keduanya ditangkap dan ditahan aparat keamanan khusus pemerintah Indonesia.
Tak berselang lama, keduanya kembali ditangkap atas tuduhan menentang dasar negara Pancasila.