Ia juga mempertanyakan hukum di Indonesia apakah ada keadilan yang dilanggar atau adanya kepentingan seseorang yang sedang dilayani.
"Pertanyaannya bukan sekadar apakah hukum telah diikuti, melainkan apakah ada keadilan yang dilanggar, proses yang dimanipulasi, atau kepentingan yang dilayani," kata dia.
Menurutnya, pemeriksaan harus dilakukan kembali untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap sistem peradilan di Indonesia.
"Dalam konteks kasus ini, seseorang yang melakukan kekerasan, yang dapat mengakibatkan kematian, harusnya dipertimbangkan dalam spektrum kesengajaan tersebut dan tanpa memandang status sosial pelaku," ujar Hinca.
Hinca menjelaskan, keputusan hakim tanpa mempertimbangkan alat bukti dan menjadi polemik publik ini akan menimbulkan bahaya bagi hukum Indonesia.
"Ketika pengadilan memutuskan pembebasan tanpa menimbang prinsip ini, kita dihadapkan pada potensi preseden hukum yang membahayakan, di mana interpretasi hukum yang sempit dapat mengesampingkan keadilan substansial," jelasnya.
Diketahui, Ronald Tannur telah bebas dari tuntutan 12 tahun penjara dan membayar restitusi kepada ahli waris Dini sebesar Rp 263.673.000.
Ada dua pertimbangan hakim sebelum memutuskan vonis bebas Ronald.
Baca juga: Ronald Tannur Divonis Bebas, Pengacara Korban sebut Hakim Tendensius hingga Intervensi Saksi
Hal tersebut, dijelaskan oleh Kasi Intelijen Kejaksaan Negeri (Kejari) Surabaya, Putu Arya Wibisana.
Pertama, tidak adanya saksi yang menyatakan penyebab dari kematian korban.
Kedua, Penyebab kematian korban diduga karena minuman alkohol.
"Pertama, dalam pertimbangan majelis hakim di PN Surabaya menyatakan tidak ada saksi yang menyatakan penyebab kematian dari korban," ujar Putu kepada wartawan, Kamis (25/7/2024), dikutip dari wartakotalive.com.
"Kedua, itu dari pertimbangan yang diambil oleh majelis hakim adalah bahwa korban meninggal akibat dari alkohol yang berada di dalam lambung korban," pungkasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Sindiran Keras Ahmad Sahroni soal Vonis Bebas Ronald Tannur: Ini Hakimnya Sakit!
(mg/Pradita Aprilia Eka Rahmawati)
Penulis adalah peserta magang Universitas Sebelas Maret (UNS).