Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengajar Hukum Pemilu Fakultas Hukum UI Titi Anggraini mengungkapan kondisi parlemen saat ini 80 persen merupakan pendukung pemerintahan.
Akibatnya kata Titi, parlemen bukan jadi penyeimbang jalannya pemerintahan malah menjadi menjadi paduan suara.
“Situasi sekarang 80 persen lebih partai politik di parlemen itu adalah bagian dari koalisi pendukung pemerintah. Jadi sudah dukungannya itu obesitas, kemudian diikuti dengan ketiadaan keragaman politik di parlemen karena ambang batas. Akhirnya parlemennya menjadi paduan suara,” kata Titi dalam diskusi daring, Senin (29/7/2024).
Menurutnya sistem presidensial memang membutuhkan dukungan yang signifikan dari parlemen. Tetapi bukan dukungan yang berlebihan.
“Butuh dukungan yang signifikan karena akan lebih mudah menjalankan program-programnya dan janji politiknya kalau didukung secara signifikan. Tapi bukan berarti memborong semua dukungan,” terangnya.
Kemudian dikatakannya memperkuat sistem presidensial bisa dilakukan dengan menjaga keberagaman representasi di parlemen.
“Supaya presiden tidak mudah tergelincir menuju otoritarianisme. Karena dia (Presiden) punya kekuasaan yang besar supaya dia tidak mudah tergelincir menuju otoritarianisme, maka dia harus dijaga dengan check and balances,” kata Titi.
Ditegaskannya check and balances hanya akan tercipta kalau parlemennya efektif mampu memainkan peran kontrol.
“Oleh karena itu supaya parlemen yang bisa memainkan peran kontrol maka keragaman politik di parlemen itu harus dijaga,” tegasnya.