“Pokoknya saya cuma bilang, Pak Airlangga, you are not alone," ujarnya.
"I will be with you and I don't let you walk alone. I will walk with you together."
Tak Ingin Dizalimi
Jusuf Hamka mengatakan, pengunduran dirinya merupakan bentuk kekecewaaan setelah Airlangga muncur dari Ketum Partai Golkar.
Ia meyakini, Airlangga dizalimi oleh pihak tertentu.
Tak ingin kejadian serupa menimpanya, Jusuf Hamka lebih memilih mundur dari Partai Golkar.
"Saya melihat Pak Airlangga terzalimi saya juga takut nanti berpolitik juga terzalimi. Saya lihat pak Airlangga itu memimpin partai politik mengalami hal-hal yang kasar dan keras, sehingga saya sendiri takutnya saya enggak bisa mengikuti cara-cara kasar dan keras," ungkap Jusuf Hamka.
"Saya kan orang pekerja yang baik-baik saja, yang lembut-lembut saja."
Namun, ia enggan merinci maksud kejadian kasar dan keras yang menimpa Airlangga.
Jusuf Hamka hanya menegaskan, kejadian tersebut yang membuatnya kecewa dengan dunia politik Tanah Air.
Baca juga: Nurul Arifin: Airlangga Hartarto Sukses Bawa Keberhasilan untuk Partai Golkar
Tak Direstui Keluarga
Jusuf Hamka mengakui, sejak awal keluarga tidak meretuinya terjun ke dunia politik.
Selain itu, ia juga mengaku ingin fokus mengurus keluarga. Terlebih sebentar lagi ia akan dikaruniai cucu.
"Betul, sebenarnya saya dari awal memang keluarga tidak setuju saya berpolitik. Memang sudah waktu kemarin saya dicalonkan juga bilang nggak usah berpolitik," terangnya.
Keluarga justru menyarankannya untuk fokus membangun masjid di seluruh daerah di Indonesia.
"Keempat anak-anak saya bilang, buat masjid seribu masjid itu seluruh provinsi paling tidak 38 provisi ada Masjid Baba Alun. Jadi keluarga sarankan udah jadi orang bebas, jadi pekerja sosial sesuai cita, sesuai bunda Theresa. Ya sudah kembali lagi ke khittoh, khittohnya kan sebagai bunda Theresa maunya," ungkapnya.