Karenanya, Nadia Hadad menegaskan perlunya kerjasama dan kolaborasi.
Harapannya, LaporIklim bisa membantu masyarakat untuk saling belajar dan menggunakan platform ini untuk tanggap cepat, kemudian menghubungkan ke pihak yang bisa membantu mengatasi solusi di lapangan.
Yoesep Budianto, relawan LaporIklim, mengungkapkan rencana ambisius untuk pengembangan platform ini.
Ke depannya, LaporIklim berencana untuk mengintegrasikan data yang dilaporkan masyarakat dengan data sekunder, seperti data iklim dari BMKG.
Integrasi ini akan memungkinkan LaporIklim untuk memberikan saran yang lebih spesifik dan relevan kepada petani terkait masa tanam dan panen di bulan-bulan mendatang, seperti prediksi curah hujan dan suhu udara tiga bulan ke depan, saran masa tanam/panen berdasarkan prediksi iklim, dan prediksi indeks kekeringan.
Baca juga: Kunjungi Markas PBB, Putu BKSAP Ingatkan Komitmen Dana Perubahan Iklim 100 Miliar Dolar Ditepati
LaporIklim mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi aktif melaporkan dampak perubahan iklim melalui chatbot.
Yoesep menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, akademisi, dan media.
Dengan bersama-sama, kita dapat mendorong perubahan positif dan mewujudkan Indonesia yang lebih tangguh dan berkelanjutan.