TRIBUNNEWS.COM - Salah satu dokter di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan, Dr. dr. Diani Kartini SpB, subsp. Onk (K), kini menjadi sorotan publik.
Pasalnya, surat protesnya soal larangan hijab di lingkungan RS Medistra tersebar hingga ramai di media sosial.
Dalam surat yang ditujukan kepada manajemen RS Medistra tersebut, dokter Diani protes soal aturan pakaian di RS Medistra yang diduga membatasi penggunaan hijab.
Dari informasi yang dihimpun, dokter Diani juga disebutkan memutuskan untuk mengundurkan diri dari RS Medistra.
Lantas, seperti apakah sosok dokter Diani yang berani melayangkan protes kepada manajemen RS Medistra terkait aturan pakaian tersebut?
Sosok Dokter Diani
Berdasarkan data yang ditelusuri oleh Tribunnews dari laman alodokter, dokter Diani merupakan Dokter Konsultan Spesialis Bedah Onkoogi (Kanker) yang praktik di RS Medistra.
Selain praktik di RS Medistra, dokter Diani juga praktik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Layanan kesehatan yang Diani Kartini berikan di antaranya adalah Konsultasi Kanker hingga Bedah kanker.
Dokter Diani juga termasuk anggota dari Ikatan Dokter Indonesia dan Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia.
Dilansir laman resmi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), dokter Diani merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) jurusan pendidikan dokter umum pada tahun 2000 silam.
Lalu, pada tahun 2006, dokter Diani melanjutkan pendidikan dokter spesialis bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Dokter Diani kemudian menamatkan pendidikan Sub spesialisnya pada tahun 2009.
Baca juga: DPRD DKI Kecam Keras Dugaan Larangan Berhijab bagi Nakes di RS Medistra, Pihak RS Minta Maaf
Kemudian, pada 2019, dokter Diani menyelesaikan pendidikan Doktor di Fakultas Kedokteran UI.
Di UI, Dokter Diani juga merupakan Dokter Pendidik Klinis di Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dengan jabatan fungsional saat ini adalah Lektor.
Isi Surat Protes Dokter Diani
Adapun surat protes dari dokter Diani itu berisi dugaan pertanyaan dalam wawancara terhadap tenaga medis yang bersedia membuka hijabnya, jika diterima bekerja di RS Medistra.
Dokter Diani mengetahui hal itu dari dua kerabatnya yang melamar sebagai dokter umum di RS tersebut.
Pada proses wawancara, kedua kerabat dokter Diani itu ditanya, apakah bersedia melepas hijab saat bekerja di RS Medistra.
Mengetahui hal tersebut, dokter Diani merasa pertanyaan itu bersifat rasis.
Surat itu awalnya diunggah di akun X (dulu Twitter) @LoneLynx, pada Minggu (1/9/2024), dengan disertai caption, "Manajemen RS Medistra Rasis terhadap Nakes Muslim yang Berhijab, Dr Diani Mundur."
Berikut selengkapnya isi surat dokter Diani yang viral:
Yth. Manajemen RS Medistra
Selamat Siang para Direksi yang terhormat.
29 Agustus 2024
Saya ingin menanyakan terkait persyaratan cara berpakaian di RS Medistra.
Beberapa waktu lalu, asisten saya dan juga kemarin kerabat saya mendaftar sebagai
Dokter Umum di RS Medistra. Kebetulan keduanya menggunakan Hijab.
Ada pertanyaan terakhir di sesi wawancara. Menanyakan terkait performance dan RS
Medistra merupakan RS Internasional, sehingga timbul pertanyaan Apakah bersedia
membuka Hijab jika diterima.
Saya sangat menyayangkan jika di zaman sekarang masih ada pertanyaan RASIS.
Dikatakan RS Medistra berstandar Internasional tetapi kenapa masih RASIS seperti
itu?
Salah satu RS di Jakarta Selatan, jauh lebih ramai dari RS Medistra, memperbolehkan
semua pegawai (baik Perawat, Dokter Umum, Spesialis dan SubSpesialis
menggunakan hijab).
Jika RS Medistra memang RS untuk golongan tertentu, sebaiknya jelas dituliskan saja
kalau RS Medistra untuk golongan tertentu sehingga jelas siapa yang bekerja dan
datang sebagai pasien.
Sangat disayangkan sekali dalam wawancara timbul pertanyaan yang menurut
pendapat saya adalah RASIS.
Apakah ada STANDAR GANDA cara berpakaian untuk Perawat, Dokter Umum,
Dokter Spesialis dan SubSpesialis di RS Medistra??
Terima Kasih atas perhatiannya.
RS Medistra Minta Maaf
RS Medistra Jakarta akhirnya buka suara setelah viral dugaan pembatasan hijab untuk dikenakan oleh dokter dan perawat Muslimah di lingkungan RS.
Direktur RS Medistra Dr. Agung Budisatria, M.M., FISQua menyampikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi akibat kabar tersebut.
“Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat isu diskriminasi yang dialami oleh salah seorang kandidat tenaga kesehatan dalam proses rekrutmen,” kata dia dalam keterangan resmi yang diterima Tribunnews.com, Senin (2/9/2024).
Berkaitan dengan hal tersebut, Agung menegaskan pihaknya terbuka bagi siapa saja yang ingin bekerja di RS Medistra, tanpa diskriminasi apa pun.
Hal tersebut juga berlaku bagi pelamar yang mengenakan hijab.
Mengenai kabar yang beredar, Agung mengaku akan melakukan penelusuran untuk mendalami proses rekrutmen yang diungkap oleh Dr. dr. Diani Kartini.
Sejauh ini, Agung mengatakan pihaknya sudah melakukan proses kontrol ketat terhadap proses rekrutmen.
“Hal tersebut kini tengah dalam penanganan manajemen. RS Medistra inklusif dan terbuka bagi siapa saja yang mau bekerja sama untuk menghadirkan layanan kesehatan terbaik bagi Masyarakat,” kata dia.
(Tribunnews.com/Rifqah/Rina Ayu)