Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI, Ela Nuryamah mengatakan pentingnya literasi keuangan bagi anak muda di era sekarang ini.
Menurut Ela, anak muda harus cakap literasi keuangan.
“Mulai dari hal yang sederhana, seperti mengelola uang masuk dan keluar sehingga mereka dapat survive di tengah kondisi perekonomian yang sangat dinamis dan fluktuatif seperti saat ini”, kata Ela dalam keterangannya, Sabtu (7/9/2024).
Politikus PKB itu menegaskan bahwa literasi keuangan juga harus digeliatkan di setiap daerah, terutama di dalam pesantren yang memiliki dana waqaf.
Tidak hanya diseminarkan, tetapi juga harus diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi produktif.
Baca juga: Perbanas dan Regulator Galakkan Literasi Keuangan Berantas Judi Online
“Saya melihat, Payungi menjadi contoh gerakan baik dalam mewujudkan literasi keuangan di tengah-tengah masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan dapat memberikan dampak bagi perekonomian warga setempat," kata Ela.
Diketahui hal tersebut diungkapkan Ela saat menjadi keynote speaker dalam seminar dan Pre-Launching Buku Dana Abadi Pesantren Fondasi Kemandirian yang ditulis Robert E Sudarwan dan Fatin Fadhilah Hasib, di Payungi Kota Metro, Lampung.
Seminar Keuangan tersebut mengambil tema ‘Peran Strategis Masyarakat dalam Mengakselerasi Tingkat Literasi Keungan Nasional’.
Baca juga: Literasi Keuangan Syariah Bisa Tingkatkan Produktivitas dan Daya Saing UMKM
Dalam kesempatan yang sama Ela pun mengapresiasi para penulis buku Dana Abadi Pesantren Fondasi Kemandirian, karena telah menghadirkan sebuah literatur keuangan yang baik untuk pengelolaan dana abadi pesantren berbasis waqaf.
Robert selaku penulis buku sekaligus pengurus DPP Hebitren (Himpunan Ekonomi Bisnis dan Pesantren) memaparkan tujuan menulis buku tentang dana abadi pesantren yaitu sebagai refleksi dan strategi nyata untuk memperkuat lembaga pesantren di Indonesia.
Dia bersama rekan-rekannya di Hebitren ingin mewujudkan peran pesantren yang tidak hanya menjadi lembaga pendidikan agama, tapi juga sebagai institusi ekonomi yang mandiri.
“Saya melihat pesantren memiliki potensi besar dalam mengelola waqaf untuk dijadikan pondasi dalam membangun dana abadi pesantren. Waqaf bisa menjadi penopang utama kemandirian pesantren, memastikan lembaga ini tetap eksis, dan berkembang tanpa bergantung pada bantuan eksternal atau donor temporer," ucapnya.
Selanjutnya, Founder Payungi dan Dosen IAIN Metro Dharma Setyawan, MA selaku speaker dalam pemaparannya memberikan banyak contoh gerakan ekonomi di masyarakat yang dia gagas dan gerakan.