TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Majelis Syura Partai Ummat, Amien Rais, menuding rencana apel pasukan berani mati Jokowi menjadi indikasi sang presiden tengah kalap.
Demikian hal ini disampaikan Amien Rais lewat akun YouTube-nya, Selasa (10/9/2024) lalu.
“Tanggal 22 September nanti direncanakan akan ada apel besar-besaran di Jakarta yang akan diikuti, ini katanya, oleh sekitar 20 ribu pasukan berani mati. Kata pimpinan pasukan berani mati itu, Sukodikdo Wardoyo, mereka punya komitmen dalam menjaga Jokowi dan keluarga dari anasir jahat yang ingin menjatuhkan Jokowi dari kekuasaan."
Bila benar, kata Amien, pertanyaannya, siapa pendana utama gerakan sebesar itu.
“Ya, mungkin akan dijawab mereka sendiri yang membiayai kegiatan itu. Tentu tidak ada yang percaya. Saya tidak percaya sama sekali,” tegas Amien.
“Pasti ada sponsor yang menanggung biaya berjumlah miliaran itu sehingga dalam suasana sepert ini, Mulyono selalu bisa meminta para cukong untuk merogoh kocek mereka tetapi itu dulu menurut saya. Saya kira sekarang, sejak jadi bebek lumpuh, ia kehilangan kesaktiannya. Kekuatan rakyat yang meminta supaya Mulyono atau Jokowi sekeluarga segera diperiksa oleh penegak hukum sudah semakin meluas,” tambahnya.
Amien kemudian menyatakan, Jokowi itu sudah pasti lengser di tanggal 20 Oktober tahun ini.
"Pasca 20 Oktober besok, Mulyono tidak ada lagi di panggung politik nasional. Mungkin saja sesekali muncul tetapi yang jelas itu hanya di pinggiran, lah. Andaikata Jokowi belum dipenjara, tentu lain cerita,” katanya menambahkan.
Bahkan Amien Rais secara meyakinkan mengatakan, hari-hari ini Jokowi kata dia semakin resah, gelisah, galau, dan tidak mampu lagi tertawa lepas seperti masa-masa kemarin.
“Mudah-mudahan saya keliru tetapi saya khawatir seperti saya sampaikan beberapa hari lalu, ini manusia Mulyono karena kalap, bisa mengambil aksi yang cukup berbahaya yang saya istilahkan sebagai politik bumi hangus,” kata dia.
“Mulyono atau Jokowi ini tampaknya sadar bangunan politik yang sudah dia upayakan dengan segala cara yang licik, busuk, dan penuh dengan aneka ragam kebohongoan dan keculasan—bangunan besar itu, sekarang sudah ambruk dan pasti ini menyakitkan bagi Jokowi,” imbuhnya.
“Apa kemudian akan mengandalkan Gibran? Itu mustahil. Gibran bagaikan mentimun bongkok. Ada, tidak ada, itu tidak masalah. Jadi, ada tidak adanya, itu tidak berpengaruh, karena siapa dia itu,” katanya lagi.
Prabowo pun kata, di kepemimpinannya nanti, Gibran malah jadi beban.
“Jika si Gibran diajak sidang kabinet, ini anak ugungan Mulyono, kalau ikut bicara mungkin akan jadi lelucon saja. Wong buka warung martabak Markobar saja tidak laku, tidak sampai setahun sudah bangkrut, lantas diskursus apa yang bisa dia sampaikan? Tentu nothing. Tidak ada sama sekali,” kata mantan Ketua MPR itu.