"Terus itu sudah mulai berjalan minuman protein ini sampai sekarang orang mengenalnya susu ikan," imbuh dia.
Sementara, ikan yang dipilih untuk pembuatan susu ikan berasal dari ikan yang ditangkap nelayan tradisional.
Baca juga: Susu Ikan Pada Program Makan Sehat Gratis Ternyata Bukan Susu, Tak Sesuai Standar Internasional
Hal ini, sambungnya, membuat harga susu ikan relatif terjangkau.
Dia menjelaskan alasan dipilihnya ikan hasil tangkapan nelayan tradisional lantaran kurang dimanfaatkan dan tidak laku di pasaran.
"Mereka enggak dapat harga bagus, akhirnya mereka balikin lagi (sisa ikan yang tak terjual) ke laut, menjadi polusi di laut," ujar Yogie.
Di sisi lain, Yogie mengungkapkan industri susu ikan telah menghidupkan perputaran ekonomi nelayan tradisional.
"Secara langsung meningkatkan pendapatan mereka," tuturnya.
Susu Ikan Sempat Dikritik Ahli Gizi
Sebelumnya, dokter dan ahli gizi masyarakat, Tan Shot Yen mengkritik wacana susu ikan menjadi pengganti susu sapi untuk kebutuhan program makan bergizi gratis.
Tan menegaskan manusia seharusnya mengonsumsi ikan secara utuh alih-alih hanya dari ekstraknya saja.
"Sependek yang saya tahu, manusia itu perlu makan ikan, bukan ekstrak ikannya. Kalau ngomong ekstrak ikan, tentu akan digunakan kondisi-kondisi tertentu," ujar Tan pada Rabu (11/9/2024).
Baca juga: Heboh Program Susu Gratis Prabowo Pakai Susu Ikan, Badan Gizi Nasional Membantah
Sebelum menggunakan susu ikan dalam program nasional, menurut Tan, pembuat kebijakan harus memahami tujuannya lebih dulu.
Apabila penggunaan susu ikan bertujuan meningkatkan gizi masyarakat, kata dia, hal itu harus mempertimbangkan berbagai hal.
Terlebih, kata Tan, masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki beragam karakteristik panganan lokal.
"Kita kaya dengan pangan lokal, dan semua berhak untuk hidup sehat berdasarkan apa yang paling baik dari alam. Jadi sekali lagi kita makan, bukan minum susu," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Erik S)
Artikel lain terkait Program Makan Siang Gratis